النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ اتَّخَذَ كَلْبًا إِلَّا كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ صَيْدٍ أَوْ زَرْعٍ انْتَقَصَ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ
Artinya: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berkata: "Barangsiapa yang memelihara anjing kecuali anjing penjaga binatang ternak atau anjing pemburu, atau penjaga tanaman maka pahalanya berkurang satu Qirath setiap hari."
Meskipun memelihara anjing untuk tujuan tertentu diperbolehkan, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi. Seorang Muslim yang memelihara anjing harus menjaga kesucian tubuh dan hatinya.
Mereka tidak diperkenankan menyentuh atau menggendong anjing secara langsung, tidak membiarkan anjing masuk ke dalam rumah, tidak memberi makan atau minum dari peralatan makan manusia, tidak mencintai anjing melebihi cinta kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: 5 Fakta Memilukan 3 Pria Lempar Anjing ke Buaya: Apa Motifnya?
Selain itu, interaksi dengan anjing juga mengharuskan seorang Muslim untuk menyucikan diri jika terkena najis anjing. Ini dikarenakan air liur anjing dianggap najis mughallazhah. Umat Islam juga diminta untuk menjaga kesehatan dan kebersihan dengan menghindari kontak langsung dengan anjing yang dapat menyebarkan penyakit.
Kesimpulannya, hukum memelihara anjing dalam Agama Islam tidaklah mutlak haram, tetapi diatur berdasarkan tujuan dan keperluan tertentu.
Ketika memutuskan untuk memelihara anjing, seorang Muslim perlu memenuhi syarat-syarat yang telah dijelaskan dalam ajaran Islam. Dengan memahami aturan ini, umat Islam dapat menjalankan prinsip kebersihan, kesucian, dan ketaatan kepada syariat Islam dalam menghadapi isu memelihara anjing.