Menu


Seperti Apa Mushaf Al-Qur'an dan Peredarannya di Indonesia?

Seperti Apa Mushaf Al-Qur'an dan Peredarannya di Indonesia?

Kredit Foto: dompetdhuafa.org

Ini tak terlepas dari peran KH M Arwani Amin Kudus yang mereproduksi mushaf terbitan Turki ini sepulang dari ibadah haji pada 1969/1970. Kemudian, mushaf itu diperbanyak dan digunakan oleh santri penghapal Al-Qur’an karena memudahkan dalam proses penghapalan.

Selanjutnya, mushaf ini dikenal sebagai Mushaf Pojok Menara Kudus.

Baca Juga: Ustaz Adi Hidayat Ungkap Obat Kecemasan Menurut Alquran

  • Mushaf Standar Braille

Sejak berabad lalu, penelusuran terhadap penulis mushaf di Indonesia telah ada. Namun, setiap mushaf yang berasal dari Aceh hingga Ternate, bahkan dari Raja Ampat di Papua, tak mencantumkan nama penulisnya, sehingga penulis mushaf ini tak bisa dilacak.

Mengutip Republika, Al-Qur’an Braille merupakan mushaf yang khusus diperuntukkan bagi penyandang tunanetra. Mengandalkan jari jemari, mereka akan meraba huruf demi huruf dalam lembaran Al-Qur’an ini.

Kode Braille terbentuk dari enam titik timbul yang tersusun dalam dua kolom berbentuk empat persegi panjang, masing-masingnya berisi tiga titik seperti susunan dalam kartu domino. Adapun kehadirannya tak terlepas dari sejarah penyalinan mushaf Al-Qur’an Braille di indonesia. 

Baca Juga: Kekejaman Firaun Digambarkan dalam Alquran

Dalam fase duplikasinya dimulai setelah seorang tunanetra asal Yogyakarta, Supardi Abudshomad (w. 1975), berhasil mengungkap sistem tulisan yang digunakan dalam Al-Qur’an Braille Yordan yang ia terima dari seorang pegawai Departemen Sosial pada 1963.

Tampilkan Semua Halaman