Namun, setelah beliau wafat, penulisan dilanjutkan di pelepah daun kurma, batu putih yang halus dan tipis. Hal ini menyebabkan tak banyak muslim yang tahu bahwa Al-Qur’an yang dibaca hingga kini berasal dari ayat Al-Qur’an yang berserakan.
Pasalnya, penulisan saat itu menyebabkan Al-Qur’an dibaca dengan berbagai dialek yang berbeda.
Baca Juga: Sosok Dajjal yang Disebutkan Al-Quran, Muncul di Akhir Zaman
Ayat-ayat itu kemudian dikumpulkan dan dibukukan pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, dan saat ini disebut sebagai mushaf Usmani. Mushaf ini mulai ditulis pada tahun 25 Hijriyah atau 646 Masehi.
- Mushaf Standar Bahriyah
Mushaf standar Bahriyah merujuk pada satu mushaf dari Istanbul Turki yang diterbitkan oleh “Matba’ah Bahriyah”. Ini merupakan badan percetakan milik Angkatan Laut kesultanan Usmaniyah Turki, yang banyak mencetak naskah keagamaan termasuk mushaf Al-Qur’an.
Baca Juga: Kunci Sukses dalam Alquran, Simak Penjelasan Ustadz Adi Hidayat
Spesifikasi mushaf yang satu ini memakai sistem penulisan ayat pojok, yakni setiap sudut halaman menunjukkan akhir ayat. Mushaf ini disebut ayet-berkenar di Turki. Mushaf ini pun telah tersebar di Indonesia sebelum ada standarisasi, terlebih di lingkungan pesantren Al-Qur’an.