Menu


Gegara Apa-apa Kena Pajak, Pegusaha Buka Suara, 'Gak Ikut Ngebangun Individu, Tapi Lu Majakin'

Gegara Apa-apa Kena Pajak, Pegusaha Buka Suara, 'Gak Ikut Ngebangun Individu, Tapi Lu Majakin'

Kredit Foto: Dok Republika.com

Jadi, ia hanya ingin mengigatkan setidaknya dinaikan menjadi 150 kemudian baru kenakan pajak.

"Jadi jangan majak dulu orientasinya tapi benefit itu baru kita ikhlas. Ini yang sekarang gak ikhlas, ini lu udah gak nolong, lu nekan, pajaknya lu gedein," ungkapnya.

Kendati begitu, ia mempertegas bahwa ia tidak hanya sekeder mengkritik pemerinah, tetapi ia juga kerap memberikan solusi setelah mengkrtik.

Ia bahkan mengatakan, sebanarnya yang boleh sombong dan mengkritik itu adalah mereka yang membayar pajak.

Baca Juga: 9 Cara Menghemat Listrik di Rumah, Ingat! Mulai 1 Juli Tarif Listrik PLN Sudah Naik

"Karena gue boleh sombong, menurut saya yang boleh sombong itu pembayar pajak, boleh cek dipajak, gua bayar pajak 9 digit, jadi gua boleh mengkritik boleh menyarankan," katanya.

"Bahkan kita ngomong sama teman-teman di deperteman keuangan, sebenarnya dia bilang lu berhak ngomong karena lu memang bayar, kalau yang lain teriak-teriak NPWP aja gak punya," sambunya.

Bosman Mardigu juga tidak setuju dengan perubahan yang terjadi pada tahun 2022, yaitu one man one vote, satu orang satu suara. Menurutnya, hal ini memiliki unsur ketidakadilan.

"Cobalah mereka yang membayar pajak misalnya 100 juta pertahun dapat ekstra suara. jadi ada kualitas ada pembobotan," imbuhnya.

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman