Penggunaan istilah 'cebong' dan 'kadrun' di media sosial hingga kini masih tinggi. Hal tersebut menurut penelitian Drone Emprit.
Menurut Founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, dalam diskusi bertajuk 'apakah politik identitas masih relevan dalam kampanye Pemilu 2024 di media sosial?' di Universitas Islam Indonesia (UII), Sleman, dua diksi itu digunakan oleh para pendengung atau buzzer.
Baca Juga: PDIP Nyatakan Suami-Istri Tak Diizinkan untuk Beda Partai
"Ini saya perhatikan dari kalangan buzzer mereka sengaja pertahankan (istilah 'cebong' dan 'kadrun')," kata Ismail, mengutip Republika, Jumat (12/5/2023).
Ismail menjelaskan masih digunakannya istilah tersebut bertujuan untuk memecahkan publik. Selain itu politik identitas juga masih banyak digunakan untuk menyerang lawan politik.
"Tapi kalau misalnya untuk mem-promote calonnya sendiri menggunakan politik identitas, kayaknya makin enggak laku," ujarnya.
Ia mencontohkan pada Pilpres 2019 lalu kandidat calon presiden masih berani menyatakan bahwa mereka didukung kelompok 212. Saat ini justru kandidat yang didukung oleh kelompok tersebut akan diserang.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO