"Jadi di sini PKB dibutuhkan, tapi calonnya tidak. Sehingga ada bargaining yang sifatnya pragmatis. Apakah nanti, misalnya, perjanjian membagi jatah kekuasaan atau perjanjian lainnya yang menguntungkan PKB walaupun tidak menjadi posisi wapres," katanya.
Koalisi Indonesia Raya yang menjadi nama hubungan Gerindra-PKB, tak kunjung mengumumkan sikap diduga karena situasi politik masih sangat cair.
Proses pencapresan masih sangat dinamis di semua partai, selain NasDem, termasuk masih sibuk membahas kepentingan lain di luar sekadar memasangkan capres dan cawapres.
"Apalagi kalau melihat survei jika Pranowo dipasangkan Cak Imin itu masih di bawah Anies dan Ganjar. Jadi masih banyak perlu diperkirakan," kata Sukri Tamma, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unhas.
Ketua DPD Gerindra Sulsel A Iwan Darmawan Aras menegaskan terbentuknya koalisi ini memang tak ada kesepakatan capres-cawapres, namun, untuk kepartaian, Gerindra sudah pasti mengusung Prabowo.
Walaupun untuk level keputusan, capres-cawapres itu akan diputuskan bersama keduanya.
Kapan akan diputuskan? Itu menjadi kewenangan kedua partai.
Gerindra dan PKB tidak terburu-buru, sebab partai lain pun tidak ada yang melakukan.
"Paling tidak Gerindra itu sudah punya tiket. Yaitu, syarat mencalonkan," katanya.
Terkait isu Gerindra-PKB bisa pecah, AIA menyebut itu tidak akan terjadi.
Buktinya, kedekatan partai justru makin erat dengan didirikannya Rumah Pemenangan Bersama.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO
