Maksudnya, saat ada dua ras yang berbeda ditempatkan bersama, masyarakat akan langsung secara otomatis mengidentifikasi tingkatan sosial mereka.
“Selama zat-zat kimia pencerah ("pemutih") kulit masih laku di pasaran, itu tandanya inferiority complex yang diderita suku-suku di Nusantara peninggalan ratusan tahun kolonialisme oleh bangsa kulit putih masih ada,” tulis Karim dalam kolom komentar unggahannya.
Cuitan Karim itu bermula dari pernyataan sepakatnya dengan Cania Citta. Pengamat sekaligus pembicara politik itulah yang terlebih dulu menilai tak ada yang salah dari Kharisma Jati.
Terlebih, pria asal Yogyakarta itu tak pernah menuliskan nama dari transkrip percakapan yang ditulisnya dalam foto.
“Sebenernya dia hanya naruh foto dan dialog tanpa nulis nama, tapi somehow banyak yang ngebacanya itu yang kiri nyuruh yang kanan. Interesting,” tulis Cania Citta dalam akunnya pada Kamis (17/11/2022).
Sebenernya dia hanya naruh foto dan dialog tanpa nulis nama, tapi somehow banyak yang ngebacanya itu yang kiri nyuruh yang kanan. Interesting..
— Cania Citta (@cania_citta) November 17, 2022
Untuk diketahui, sebelumnya, nama Kharisma Jati viral di media sosial setelah menjadikan Iriana sebagai bahan candaan.
Melalui akun twitternya dengan username @KoprolfilJati, ia mengomentari foto dua orang ibu negara saat berfoto bersama di KTT G20. Pada keterangannya, Kharisma menyebut Iriana Jokowi sebagai sosok pembantu bagi Kim Kun-hee, istri Presiden Korea Selatan.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024