Menu


Ke Sidoarjo Ada Kuliner Ikan Mujair Asap yang Tak Kalah Gurih dari Olahan Ikan Lainnya

Ke Sidoarjo Ada Kuliner Ikan Mujair Asap yang Tak Kalah Gurih dari Olahan Ikan Lainnya

Kredit Foto: Pexels/Samer Daboul

Konten Jatim, Surabaya -

Sebagai salah satu kawasan minapolitan, Sidoarjo tercatat memiliki potensi di sektor perikanan, khususnya udang dan ikan bandeng. Hal tersebut yang kemudian menjadi maskot Kabupaten Sidoarjo hingga saat ini.  

Potensi perikanan kawasan ini secara geografis dapat dilihat dari banyaknya budidaya tambak yang tersebar di kecamatan Jabon, kecamatan Candi, dan kecamatan Sedati. Dan ketiga daerah tersebut terletak berdekatan dengan pesisir pantai. Tetapi tulisan ini tidak sedang lebih jauh membahas tentang kekayaan budidaya tambaknya.

Seperti dikutip dari indonesia.go.id, Sidoarjo dikenal dengan hasil olahan udang dan ikan bandengnya saja yang menggiurkan. Keduanya biasanya diolah dengan cara diasap, kemudian disajikan ketika sudah berwarna kecoklatan. Padahal ada kuliner alternatif yang patut dicicipi ketika berkunjung ke kota Delta ini.

Adalah ikan Mujair Asap yang tidak kalah gurihnya dengan olahan ikan bandeng asap. Geliat sentra usaha pengasapan ikan dapat ditemukan paling banyak di desa Permisan dan Penatar Sewu. Kepulan asap yang membubung ke atas dan banyaknya tumpukan tempurung (batok) kelapa yang dijemur di depan rumah warga adalah cara yang paling mudah untuk menemukan pemilik usaha pengasapan ikan mujair ini.

Diolah Secara Tradisional

Usaha pengasapan ikan ini sudah berlangsung sejak tahun 1940-an, dan 90 persen warganya menggantungkan hidupnya dari usaha tersebut. Aktivitas pengasapan ikan mujair biasanya dilakukan sekitar pukul 06.00 hingga 13.00 WIB setiap harinya.

Sebelumnya, setiap pagi dini hari beberapa dari mereka membeli ikan segar di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang berada di lingkar timur Sidoarjo, membeli dari nelayan tampak, atau langsung dari tambak sendiri.

Ikan mujair segar kemudian dibersihkan dan dicuci dengan air yang mengalir. Setelah itu, ikan ditusuk seperti sate dengan tusuk ikan berbahan besi. Tiap tusuknya terdiri dari 10 ikan. Kemudian, ikan yang sudah ditusuk tersebut dipanggang di atas tungku pembakaran. Bahan bakarnya pun hingga saat ini masih menggunakan tempurung kelapa, hal ini karena tempurung kelapa dapat menghasilkan bara yang stabil. Sebab, yang dibutuhkan untuk memanggang bukan api, melainkan asapnya. Dibutuhkan waktu sekitar 3 jam sampai ikan mujair terlihat berwarna kecoklatan.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman