Menu


Hampir 1.000 Keluarga di Jawa Timur Harus Dipasok Puluhan Ribu Air Bersih Setiap Hari

Hampir 1.000 Keluarga di Jawa Timur Harus Dipasok Puluhan Ribu Air Bersih Setiap Hari

Kredit Foto: Unsplash/Oleksandr Sushko

Konten Jatim, Surabaya -

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badann Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang Sadono Irawan mengatakan telah menyalurkan 2,1 juta liter air untuk masyarakat terdampak kemarau panjang.

Sadono menyebut, penyaluran 2,1 juta liter air, yang juga dipengaruhi fenomena El Nino, dilakukan pada periode 1 September hingga 9 Oktober 2023.

"Pendistribusian dilakukan pada tiga kecamatan terdampak kekeringan, seperti Kecamatan Jabung, Kecamatan Singosari dan Kecamatan Sumbermanjing Wetan. Total sejak 1 September 2023 sebanyak 2,1 juta liter air didistribusikan," kata Sadono, dilansir Antara.

Rinciannya, masyarakat yang terdampak kekeringan di Dusun Gunung Kunci dan Dusun Kemiri, Kecamatan Jabung telah menerima sebanyak 605 ribu liter air bersih untuk 269 keluarga. Di Desa Kemiri sebanyak 390 ribu liter air untuk 335 keluarga.

Sementara di Kecamatan Singosari, air bersih tersebut didistribusikan kepada 188 keluarga yang berada di Dusun Sumbul, Desa Klampok dengan total 540 ribu liter air bersih.

Wilayah Kecamatan Sumbermanjing Wetan, katanya, pendistribusian air bersih sebanyak 256 ribu liter dilakukan di Desa Kedungbanteng untuk 130 keluarga, Desa Sumbermanjing Wetan 180 ribu liter dan Desa Sumberagung 156 ribu liter untuk 75 keluarga.

"Distribusi air bersih bagi wilayah terdampak kekeringan ini dilakukan 3-4 rute dengan jumlah rata-rata 15 ribu hingga 20 ribu liter per hari," katanya.

Meskipun beberapa wilayah di Kabupaten Malang terdampak kemarau yang berakibat pada kekeringan tersebut, namun masih ada sejumlah wilayah lain yang tetap memiliki pasokan air bersih, termasuk untuk pengairan areal persawahan.

Bahkan, Pemerintah Kabupaten Malang juga telah melakukan langkah percepatan penanaman padi pada sejumlah wilayah, seperti di Kecamatan Pakis, untuk mengantisipasi dampak El Nino dan menjamin ketersediaan pangan untuk masyarakat di wilayah tersebut.

Fenomena El Nino atau musim kemarau ekstrem, merupakan kondisi di mana Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pemanasan di atas kondisi normal, dan berdampak pada pengurangan curah hujan di Indonesia.

Dengan kondisi tersebut akan memberikan dampak cukup besar, khususnya terkait produksi tanaman pangan di dalam negeri. Kekurangan air akan mengganggu proses pertanian dan pemenuhan kebutuhan pangan.

El Nino, memiliki keterkaitan erat dengan sektor pertanian di dalam negeri. Produksi tanaman pangan, tidak bisa lepas dari ketersediaan air yang merupakan kunci utama untuk menjalankan sektor pertanian.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO