Menu


Tradisi Nyadran Dam Bagong, Menumbalkan Kepala Kerbau untuk Tolak Bala

Tradisi Nyadran Dam Bagong, Menumbalkan Kepala Kerbau untuk Tolak Bala

Kredit Foto: Pemkab Trenggalek

Tradisi ini merupakan bentuk syukur atas kemakmuran yang diberikan dan menjaga dari bencana. Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin, pernah menjelaskan bahwa Nyadran adalah bentuk sedekah, dengan harapan akan mendapatkan berkah dari Tuhan. 

Pelemparan kepala kerbau menjadi simbol gotong royong dan semangat kerja keras. Kepala kerbau, sebagai makhluk yang kuat dan bekerja keras, melambangkan tekad dan usaha dalam mencapai kesuksesan. Prosesi ini tidak hanya sekedar ritual, tetapi juga sebagai simbol kehormatan dan kepercayaan.

Nyadran Dam Bagong memainkan peran penting dalam mempererat hubungan sosial antara warga. Gotong royong dalam menyiapkan perlengkapan dan pelaksanaan tradisi ini menggambarkan rasa kebersamaan dan persatuan dalam masyarakat.

Baca Juga: Upacara Ruwatan, Tradisi Adat Pembuang Sial dari Tanah Jawa

Bisa disimpulkan kalau Nyadran Dam Bagong adalah cerminan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang terus dijaga dan diwariskan oleh masyarakat Trenggalek.

Pelaksanaan tradisi ini bukan hanya sekadar ritual yang terkesan mistis, melainkan simbol penghormatan, gotong royong, dan rasa syukur yang terus menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan komunitas di Trenggalek. 

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman