Proses Pelaksanaan dan Makna
Proses Ruwatan melibatkan persyaratan seperti sajen, yang merupakan makanan dan benda lain yang digunakan sebagai perantara komunikasi dengan makhluk gaib. Beberapa jenis sajen diperlukan dalam upacara ini, yang meliputi makanan dan benda-benda lain seperti bunga, padi, kain, dan lainnya.
Tradisi ini dilakukan dalam beberapa tahap, yang melibatkan pertunjukan wayang sebagai pemandu pagelaran oleh dalang yang mengisahkan lakon khusus Murwakala, serta penyajian sesaji khusus untuk memuja Batara Kala.
Makna dari tradisi Ruwatan adalah untuk memohon keselamatan dan perlindungan bagi individu yang menjalani ruwatan. Proses ini adalah bentuk pembebasan dari berbagai bahaya dan kutukan yang mungkin menghampiri seseorang.
Baca Juga: 7 Amalan di Malam Satu Suro yang Tidak Boleh Dilewatkan Umat Islam
Hingga saat ini, tradisi Ruwatan masih dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat Jawa karena kaitannya dengan keamanan dan perlindungan, terutama bagi anak tunggal dan keluarganya. Selain itu, tradisi ini juga berfungsi sebagai bentuk pelestarian adat dan budaya yang diwariskan oleh leluhur.
Selain perlunya pembebasan individu, Ruwatan juga dapat diarahkan pada lingkungan dan wilayah. Pelaksanaan Ruwatan dapat berbeda, tergantung pada tujuannya. Upacara ini menggambarkan bagaimana masyarakat Jawa memandang hubungan spiritual antara manusia, alam, dan makhluk gaib.
Ruwatan bukan sekadar upacara, tetapi merupakan bagian dari warisan budaya yang membantu masyarakat Jawa menjaga keseimbangan dalam hidup dan menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan yang mereka anut.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan