Di masa lampau, Kerajaan Kediri menjadi salah satu kerajaan yang paling disegani di Nusantara. Mereka mempunyai pasukan yang kuat dan sumber daya melimpah untuk menaklukkan atau bernegosiasi dengan kerajaan lain.
Pada akhirnya, kerajaan yang nampaknya sangat kuat dan sulit dikalahkan juga mengalami keruntuhan. Namun, ini tidak menutup kebesaran Kerajaan Kediri di masanya. Terbukti, pada akhirnya Kerajaan Kediri memiliki “penerus” dalam bentuk Kerajaan Singasari dan Kerajaan Majapahit.
Kebesaran kerajaan bercorak Hindu-Budha ini juga dibuktikan dari beberapa peninggalan Kerajaan Kediri. Berikut penjelasan lebih lengkapnya menyadur beberapa sumber pada Jumat (18/8/2023).
Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 1): Proses Berdirinya Kerajaan Kediri
Peninggalan Kerajaan Kediri
1. Candi Penataran
Candi Penataran, juga dikenal sebagai Candi Palah, adalah sekelompok candi Hindu Siwa yang berada di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Candi yang terluas dan termegah di Jawa Timur ini terletak di lereng barat daya Gunung Kelud, di sebelah utara Blitar.
Berdasarkan prasasti yang ditemukan di candi, diperkirakan bahwa candi ini didirikan pada masa pemerintahan Raja Srengga dari Kerajaan Kediri sekitar tahun 1200 Masehi, dan digunakan hingga masa pemerintahan Wikramawardhana dari Kerajaan Majapahit sekitar tahun 1415.
Dalam kitab Desawarnana atau Negarakertagama yang ditulis pada tahun 1365, candi ini disebut sebagai tempat suci "Palah," yang dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan keliling Jawa Timur.
Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 2): Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri
2. Kakawin Hariwangsa
Kakawin Hariwangsa adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno yang menceritakan kisah sang prabu Kresna, titisan batara Wisnu, yang ingin menikahi Dewi Rukmini dari Kundina, putri Prabu Bismaka. Rukmini sendiri adalah titisan Dewi Sri.
"Hariwangsa" secara harfiah berarti silsilah atau garis keturunan Hari atau Wisnu. Di India, "Hari Vam.ça" dalam bahasa Sanskerta adalah sebuah karya sastra yang mengisahkan mengenai Wisnu dan garis keturunannya, termasuk cerita pernikahan Kresna dan Rukmini.
Kakawin Hariwangsa ditulis oleh Mpu Panuluh pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya di Kerajaan Kediri, dari tahun 1135 hingga 1157 Masehi.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan