Menu


Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 4): 6 Peninggalan Kerajaan Kediri yang Bersejarah

Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 4): 6 Peninggalan Kerajaan Kediri yang Bersejarah

Kredit Foto: Wikimedia Commons/Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies and Leiden University Library

3. Kakawin Bhomântaka

Kakawin Bhomântaka, juga dikenal sebagai Kakawin Bhomakawya, adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno dalam bentuk kakawin. Kakawin ini merupakan salah satu karya terpanjang dalam Sastra Jawa Kuno, mencapai 1.492 bait. Ceritanya mengisahkan peperangan antara Prabu Kresna dan raksasa Bhoma.

Mpu Panuluh, pada masa pemerintahan Kerajaan Kediri, adalah pengarang Kakawin Bhomântaka. Ia menggubah kisah Bhomakawya ini sebagai penghormatan kepada Rsi Narada.

Menurut pakar Bahasa Jawa Kuno, P.J. Zoetmulder, kakawin ini adalah kakawin terpanjang yang berasal dari Jawa Timur dan mungkin setara dengan kakawin Arjunawiwāha, khususnya dalam hal masa pembuatannya.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 3): Runtuhnya Kerajaan Kediri

4. Prasasti Ngantang

Prasasti Hantang, yang juga disebut Prasasti Ngantang, adalah prasasti batu yang ditemukan di wilayah Ngantang, Malang, Jawa Timur. Prasasti ini memiliki candrasengkala tahun 1057 Saka atau 1135 Masehi. 

Dikeluarkan oleh Raja Jayabaya dan ditulis dalam aksara Kawi atau Jawa Kuno, prasasti ini pertama kali ditemukan oleh J.L.A. Brandes pada tahun 1913. 

Prasasti ini memiliki ciri khas, yaitu adanya bagian persegi empat dengan tulisan huruf kuadrat besar yang melintang di tengah cap kerajaan bergambar Narasinga, dengan semboyan "Pañjalu Jayati" yang berarti "Kadiri Menang."

Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag. 4): Raja Kertanegara, Raja Terbesar Kerajaan Singasari

5. Prasasti Sapu Angin

Prasasti Sapu Angin dikeluarkan oleh Kertajaya, yang pada saat itu adalah putra mahkota dan merupakan raja terakhir Kerajaan Panjalu atau Kadiri di Jawa Timur. Prasasti ini dikeluarkan sekitar tahun 1190 Masehi atau 1112 Saka.

Dalam prasasti ini, status Kertajaya yang belum menjadi raja dapat dilihat dari bentuk lanchana yang berbeda dibandingkan dengan prasasti lain yang ia keluarkan saat menjadi raja. Prasasti Sapu Angin juga memuat hibah zuhud dari Kertajaya.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman