Menu


Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 1): Proses Berdirinya Kerajaan Kediri

Kisah Kerajaan Kediri (Bag. 1): Proses Berdirinya Kerajaan Kediri

Kredit Foto: Wikimedia Commons/Eddysond29

Kakawin Desawarnana, karya Empu Prapañca, seorang bekas pembesar urusan agama Buddha di istana Majapahit, menguraikan peristiwa pembagian kerajaan oleh Raja Airlangga dan perpindahan ibu kota ke Daha di wilayah Panjalu. Prasasti Wurare pada era Singhasari juga mencatat perpecahan wilayah ini yang dilakukan oleh pendeta Aryya Bharad.

Menurut prasasti Turun Hyang (1044 M), Airlangga menghadapi persaingan perebutan takhta antara putra-putranya, dimana sebenarnya pewaris takhta adalah Sanggramawijaya Tunggadewi, yang memilih hidup sebagai pertapa biksuni dengan gelar Dewi Kili Suci. 

Prasasti Pamwatan (1042 M) dan Serat Calon Arang (1439 M) mencatat Airlangga memindahkan Ibu Kotanya ke Dahanapura, wilayah Panjalu atau Kediri.

Baca Juga: 3 Peninggalan Kerajaan Kanjuruhan yang Paling Terkenal. Apa Saja?

Sebelum turun takhta, Airlangga membagi kerajaannya atas saran gurunya, Mpu Bharada. Bagian barat, Panjalu, diberikan kepada Sri Samarawijaya, sementara bagian timur, Janggala, diberikan kepada Mapanji Garasakan. 

Meski demikian, Airlangga dan putrinya Sanggramawijaya Tunggadewi masih tetap aktif dalam pemerintahan, seperti tercermin dalam gelar kependetaan Airlangga yang disebut Resi Aji.

Berbagai kitab sastra, termasuk Kakawin Bharatayudha karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, menceritakan tentang kemenangan Kerajaan Kediri atas Jenggala. Setelah berdiri pada tahun 1045, Kerajaan Kediri terus berkembang hingga menjadi kekuatan yang kuat di pulau Jawa.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman