Menu


Kisah Kerajaan Singasari (Bag. 4): Raja Kertanegara, Raja Terbesar Kerajaan Singasari

Kisah Kerajaan Singasari (Bag. 4): Raja Kertanegara, Raja Terbesar Kerajaan Singasari

Kredit Foto: Wikimedia Commons/Anandajoti Bhikkhu

Ia berhasil menaklukkan berbagai daerah seperti Bali, Sunda, Pahang, Gurun, dan sebagian Sumatera. Upaya ini dilakukan sebagai bentuk persiapan untuk menghadapi ancaman eksternal, termasuk dari Dinasti Yuan Mongol yang saat itu sedang melakukan ekspansi wilayah di berbagai belahan dunia.

Selain ekspansi wilayah, Kertanegara juga menjalin hubungan diplomatik dengan Kerajaan Campa. Hal ini menunjukkan pandangan luas Kertanegara dalam membangun jaringan politik dan perdagangan di wilayah Nusantara.

Baca Juga: Kisah Kerajaan Singasari (Bag.3): Runtuhnya Kerajaan Singasari

Pemberontakan dan Akhir Hayat

Pada tahun 1289, Kertanegara dihadapkan pada tantangan serius dari Dinasti Yuan Mongol di bawah pimpinan Kubilai Khan. Permintaan Kubilai Khan agar Kertanegara tunduk dan mengirim upeti secara tahunan ditolak oleh Kertanegara dengan sikap provokatif.

Bahkan, disebutkan Kertanegara sampai melukai utusan Mongol tersebut. Hal ini mengundang kemarahan Kubilai Khan dan berpotensi membawa ancaman besar terhadap Kerajaan Singasari.

Di tengah perlawanan terhadap pengaruh Mongol, Kertanegara juga dihadapkan pada pemberontakan internal. Jayakatwang, bupati Gelanggelang, yang terinspirasi oleh Arya Wiraraja, mantan pejabat Singasari yang merasa tidak puas dengan mutasi jabatannya, memberontak terhadap Kertanegara. 

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Lumajang: Bermula dari Kerajaan SIngasari

Pemberontakan ini berhasil memanfaatkan momen ketika Kertanegara sedang mengadakan upacara ritual agama. Kertanegara dan beberapa pejabat penting lainnya tewas dalam serangan pasukan pemberontak, dan ini menandai akhir pemerintahan Kertanegara.

Langkah-langkahnya dalam memperluas wilayah kekuasaan juga menjadi landasan bagi pembentukan kerajaan-kerajaan lain, seperti Majapahit yang didirikan oleh menantunya, Raden Wijaya.

Salah satu peninggalan fisik yang menggambarkan kepemimpinan Kertanegara adalah Arca Joko Dolog, yang dianggap sebagai perwujudan dirinya. Arca ini menggambarkan Kertanegara dalam posisi duduk dengan tangan melambai, mencerminkan kedalaman spiritual dan pemikiran Kertanegara.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan

Tampilkan Semua Halaman