Klenteng ini menjadi tempat bersemayamnya arca atau patung Dewa Kwan Kong yang dihormati oleh para penganut Agama Konghucu dan segelintir umat Budha.
Salah satu ciri khas yang membuat klenteng ini begitu berbeda adalah simbol kepiting yang terletak di atas gerbang masuk klenteng. Menurut cerita, simbol kepiting ini mengingatkan pada awal berdirinya klenteng di daerah yang dulunya banyak dihuni oleh kepiting.
Baca Juga: Mengenal Ampo Asal Tuban, Makanan Ekstrem dari Tanah Liat
Simbol Kepiting ini menjadi bagian dari identitas klenteng, mengingatkan akan sejarah dan asal-usul tempat ibadah yang penuh makna ini. Klenteng Kwan Sing Bio bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya bagi umat Konghucu, Buddha, dan Tao.
Pada hari-hari perayaan dan upacara keagamaan, klenteng ini menjadi tempat berkumpulnya umat dari berbagai penjuru untuk memperingati hari ulang tahun Dewa Kwan Kong. Atraksi barongsai, pesta kembang api, dan berbagai pertunjukan seni juga menjadi bagian dari perayaan ini.
Tak hanya itu, klenteng ini turut menjadi daya tarik wisata religi bagi masyarakat Indonesia. Sebagai tempat yang memadukan keindahan arsitektur Tionghoa dan nuansa keberagaman agama, Kwan Sing Bio berpotensi menjadi wujud konkret toleransi antar umat beragama di Tuban.
Melalui arsitektur yang megah dan makna yang mendalam, klenteng ini membuktikan bahwa harmoni antara agama dan budaya dapat menghasilkan keindahan yang memikat dan mempersatukan berbagai lapisan masyarakat.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan