Menu


Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Klenteng Terbesar di Asia Tenggara

Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Klenteng Terbesar di Asia Tenggara

Kredit Foto: Wikimedia Commons

Konten Jatim, Depok -

Per Desember 2021, data menyebutkan bahwa setidaknya ada sekitar 73 ribu penganut Agama Konghucu di Indonesia. Jika ditotal, jumlah mereka hanya sekitar 0,01 persen dari total populasi Tanah Air. Meskipun begitu, mereka bisa melaksanakan ibadah dengan baik dan lancar. 

Pemerintah banyak memfasilitasi hari raya keagamaan dan membangun tempat peribadatan bagi umat Konghucu di Indonesia. Poin kedua bisa dibilang sangat penting agar mereka bisa beribadah dengan khusyuk tanpa gangguan.

Baca Juga: Goa Akbar, Wisata Sejarah Plus Religi Paling Worth It di Tuban

Sebagai informasi, umat Konghucu beribadah di klenteng. Lokasi ibadah ini selain ditujukan untuk menyembah ajaran Konghucu, juga sering dijadikan tempat sosial bagi etnis Tionghoa untuk bertemu satu sama lain, atau bahkan menjadi tempat wisata bagi orang-orang lain.

Salah satu klenteng yang paling terkenal adalah Klenteng Kwan Sing Bio di Tuban, Jawa Timur, yang merupakan klenteng terbesar di Asia Tenggara.

Klenteng Kwan Sing Bio

Melansir situs Direktori Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan sumber lain pada Minggu (13/8/2023), Klenteng Kwan Sing Bio adalah tempat ibadah yang menghormati Dewa Kwan Kong. Klenteng ini terletak di Jalan Martadinata No. 1, Kelurahan Karangsari.

Klenteng Kwan Sing Bio menempati lahan seluas 4-5 hektar, menjadikannya klenteng terbesar di Asia Tenggara. Bangunan klenteng yang dominan dengan warna merah, kuning, dan hijau, serta hiasan naga, lilin, dan lampion, memancarkan nuansa khas Tionghoa yang memukau mata para pengunjung. 

Baca Juga: Keindahan dan Pesona Pantai Boom Tuban, Wisata yang Menakjubkan

Selain itu, kenteng ini juga memiliki daya tarik unik, yakni menghadap langsung ke Laut Jawa. Sebagai satu-satunya klenteng yang menghadap laut, Kwan Sing Bio memberikan pengalaman berbeda bagi setiap pengunjung yang datang.

Kwan Sing Bio memiliki makna sebagai klenteng yang kuat dalam memuja dan menghormati Dewa Kwan Kong. Dirinya merupakan dewa pelindung utama yang sosoknya digambarkan sebagai panglima perang pada masa Dinasti Han. 

Klenteng ini menjadi tempat bersemayamnya arca atau patung Dewa Kwan Kong yang dihormati oleh para penganut Agama Konghucu dan segelintir umat Budha.

Salah satu ciri khas yang membuat klenteng ini begitu berbeda adalah simbol kepiting yang terletak di atas gerbang masuk klenteng. Menurut cerita, simbol kepiting ini mengingatkan pada awal berdirinya klenteng di daerah yang dulunya banyak dihuni oleh kepiting.

 

Baca Juga: Mengenal Ampo Asal Tuban, Makanan Ekstrem dari Tanah Liat

Simbol Kepiting ini menjadi bagian dari identitas klenteng, mengingatkan akan sejarah dan asal-usul tempat ibadah yang penuh makna ini. Klenteng Kwan Sing Bio bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga merupakan pusat kegiatan sosial dan budaya bagi umat Konghucu, Buddha, dan Tao. 

Pada hari-hari perayaan dan upacara keagamaan, klenteng ini menjadi tempat berkumpulnya umat dari berbagai penjuru untuk memperingati hari ulang tahun Dewa Kwan Kong. Atraksi barongsai, pesta kembang api, dan berbagai pertunjukan seni juga menjadi bagian dari perayaan ini.

Baca Juga: Pesona Pantai Remen Tuban, Wisata Alam dengan Hamparan Pasir Putih dan Pepohonan Cemara di Sekelilingnya

Tak hanya itu, klenteng ini turut menjadi daya tarik wisata religi bagi masyarakat Indonesia. Sebagai tempat yang memadukan keindahan arsitektur Tionghoa dan nuansa keberagaman agama, Kwan Sing Bio berpotensi menjadi wujud konkret toleransi antar umat beragama di Tuban.

Melalui arsitektur yang megah dan makna yang mendalam, klenteng ini membuktikan bahwa harmoni antara agama dan budaya dapat menghasilkan keindahan yang memikat dan mempersatukan berbagai lapisan masyarakat.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO