Menu


Pengertian Alim dalam Islam: Etimologi, Makna, dan Kewajibannya

Pengertian Alim dalam Islam: Etimologi, Makna, dan Kewajibannya

Kredit Foto: Freepik

Konten Jatim, Depok -

Istilah taat kepada Allah SWT identik dengan sebutan “alim”. Orang-orang yang rajin salat, membaca Al-Qur’an dan bersedekah seringkali disebut dengan kata “alim”. Kata tersebut seakan sudah menempel di pemikiran masyarakat luas.

Padahal, kata alim adalah salah satu sifat Allah SWT yang memiliki arti “Maha Mengetahui”. Lebih dari itu, kata alim dalam Bahasa Arab rupanya memiliki konotasi yang berbeda dengan artian dalam Bahasa Indonesia.

Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai pengertian kata alim beserta maknanya, mengutip situs Masjid Istiqlal pada Kamis (3/8/2023).

Baca Juga: Pengertian Sifat Siddiq: Etimologi, Definisi, dan Kewajibannya

Pengertian Alim

Dalam Agama Islam, alim merupakan salah satu sifat Allah SWT yang artinya Maha Mengetahui. Sementara dalam Bahasa Arab modern, kata alim atau ulama sering digunakan dengan konotasi ilmuwan atau saintis alam ilmu eksak.

Berbeda dengan Bahasa Arab, kata alim dalam Bahasa Indonesia justru lebih sering dimaknai sebagai orang yang shaleh atau taat beragama, sedangkan kata ulama lebih sering dimaknai sebagai orang yang memahami ilmu-ilmu keagamaan.

Ini dikarenakan dalam konteks Bahasa Arab, kata alim lebih sering digunakan dalam bentuk tunggal dan lebih dimaknai sebagai orang yang memiliki ilmu dalam bidang tertentu. Sementara kata ulama lebih sering dimaknai sebagai bentuk tunggal dan diberikan kepada seseorang yang dianggap memahami ilmu-ilmu keagamaan. 

Baca Juga: Pengertian Mati Syahid: Definisi, Sejarah, dan Ganjaran di Akhirat

Perbedaan makna antara alim dan ulama tidak ada dalam Bahasa Arab, sehingga dalam Bahasa Indonesia, kata alim sering dimaknai sebagai orang yang taat beragama dan kata ulama sering dimaknai sebagai orang yang memiliki pemahaman mendalam tentang ilmu keagamaan.

Dalam kajian pergerakan, ada ungkapan yang mengatakan alim yang amil, yang mengandung arti bahwa tidak semua orang berilmu atau ulama benar-benar mengamalkan ilmunya. Meskipun demikian, ketidaktaatan dalam mengamalkan syariat Islam tidak menggugurkan gelar keulamaan.

Ulama yang tidak taat dalam menjalankan tuntunan agama mungkin akan kehilangan berkah dan marwahnya di mata umat. Hanya ulama yang takut kepada Allah SWT yang dianggap sebagai hamba-hamba Allah SWT yang sebenarnya. 

Oleh karena itu, ilmu dan pengetahuan dalam Agama Islam memiliki peran yang sangat penting dan dihargai tinggi.

Baca Juga: Pengertian Berhala: Definisi, Sejarah dan Kenapa Tidak Boleh Disembah

Pentingnya Menjadi Orang Berilmu

Dalam Al-Qur’an, ilmu dianggap sebagai kunci kehidupan yang lebih baik dan sebagai panggilan Allah untuk mengetahui lebih banyak tentang ciptaan-Nya.  Ulama, sebagai orang yang memiliki pengetahuan agama yang mendalam, memiliki tanggung jawab besar untuk memahami dan mengajarkan ajaran Islam dengan benar. 

Meskipun ilmu agama sangat penting, kepatuhan dalam mengamalkannya juga menjadi hal yang esensial dalam mendapatkan berkah dan keberuntungan dalam hidup. 

Ilmu memiliki nilai tinggi dan dihargai sebagai jalan untuk mendekatkan diri pada Allah SWT. Seseorang yang memiliki ilmu dianggap lebih dekat dengan Allah SWT karena ia lebih memahami ajaran-Nya dan mampu mengamalkannya dengan baik. 

Baca Juga: Pengertian Khianat dalam Agama Islam: Definisi dan Contohnya

Oleh karena itu, para ulama memiliki peran penting dalam menyebarkan ilmu agama dan membimbing umat untuk mengamalkan ajaran Islam dengan benar. 

Meskipun tidak semua ulama selalu taat menjalankan seluruh tuntunan agama, kehadiran mereka sebagai orang yang berilmu tetaplah penting dalam memperkuat pemahaman agama di kalangan umat Muslim.