Rocky menegaskan pula bahwa dirinya tidak punya dendam sama sekali terhadap Jokowi sebagai manusia. Dia hanya mengkritik Jokowi sebagai presiden terkait kebijakan proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) dan pembangunan proyek infrastruktur lainnya.
Kritikan itu, lanjut dia, disampaikan dalam konteks mengkritik proyek IKN. Menurutnya, proyek IKN itu memang tolong karena keputusan politiknya dibuat sebelum ada analisis dampak lingkungan (Amdal) atas proyek pembangunan ibu kota di Kalimantan Timur tersebut.
"Kalau pintar, (seharusnya) amdal dulu, baru keputusan politik. Semua yang saya terangkan itu ada basis akademisnya, lalu kenapa marah ke saya," kata sosok yang pernah menjadi dosen di Departemen Ilmu Filsafat UI itu.
Lebih lanjut, Rocky mengatakan, penggunaan kata "b*j*ng*n t*l*l" adalah hal yang lumrah dalam forum politik. Dia keberatan apabila kata-katanya itu dikait-kaitkan dengan adab ketimuran.
Bahkan, Rocky berdalih bahwa penggunaan kata "b*j*ng*n" sebenarnya memperlihatkan keakraban.
Baca Juga: Sampai Dipolisikan, Apa Alasan Rocky Gerung Sering Kritik Jokowi?
"Kata b*j*ng*n itu kalau dimasukkan ke dalam etnolingiustik itu, itu istilah yang bagus sebetulnya, istilah yang memperlihatkan ada keakraban. Saya ucapin aja tuh, memang b*j*ng*n Presiden Jokowi. Di dalam dalil itu suasanya debat politik, bukan saya menghina dia sebagai kepala keluarga (personal)," ujarnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024