Menu


Sosok J. Robert Oppenheimer, Pencipta Bom Atom Pemusnah Jepang

Sosok J. Robert Oppenheimer, Pencipta Bom Atom Pemusnah Jepang

Kredit Foto: The New York Times

Setelah invasi Polandia tahun 1939 oleh Nazi Jerman, Oppenheimer dipilih untuk mengelola sebuah laboratorium untuk melaksanakan Proyek Manhattan, eksperimen Angkatan Darat Amerika Serikat yang bertujuan memanfaatkan energi atom untuk keperluan militer.

Keputusan Oppenheimer mengejutkan beberapa orang karena politik sayap kirinya, kurangnya pengalaman kepemimpinan, dan fakta bahwa dia tidak pernah memenangkan Hadiah Nobel. Namun, dirinya dibela oleh Brigadir Jenderal Leslie R. Groves Jr., Direktur Proyek Manhattan.

Sang Brigadir merasa Oppenheimer memiliki ambisi dan semangat yang luar biasa. Hal itu dianggap akan membantunya dengan baik dalam posisi tersebut.Oppenheimer memimpin penyelesaian ilmiah Proyek Manhattan di Los Alamos, New Mexico, mulai tahun 1942. 

Proyek tersebut, yang berkembang dari beberapa ratus orang menjadi lebih dari 6.000 orang pada tahun 1945, dihuni oleh banyak ilmuwan yang melarikan diri dari rezim fasis di Eropa. Proyek ini awalnya dialokasikan USD 6.000 oleh pemerintah AS, tetapi pada saat pekerjaan mencapai puncaknya pada tahun 1945, anggaran telah berkembang menjadi USD 2 miliar.

Misi mereka adalah untuk mengeksplorasi proses fisi yang baru didokumentasikan yang melibatkan uranium-235, dengan harapan mereka dapat membuat bom nuklir sebelum Adolf Hitler dapat mengembangkannya.

Mulanya, Oppenheimer mengaku bangga dan senang dengan penciptaan bom atom. Tapi perasaan gembira Oppenheimer berubah pasca pengeboman Hiroshima dan pengeboman Nagasaki di Jepang. Oppenheimer menganggap bahwa kegiatan itu tidak perlu. 

Selama pertemuan Gedung Putih dengan Presiden AS Harry S. Truman, Oppenheimer dengan terkenal mengklaim memiliki "darah di tangannya", sebuah komentar yang membuat marah presiden. 

Meskipun pengeboman Hiroshima dan Nagasaki secara efektif mengakhiri Perang Dunia II, kehancuran senjata mendorong Oppenheimer menentang pengembangan lebih lanjut, dan dia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun yang sama. Pada akhirnya, karyanya untuk Proyek Manhattan memberinya julukan abadi "bapak bom atom".

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman