4. Mengatur Lalu Lintas di Persimpangan Jalan
Tidak hanya terkenal karena kejujuran dan perlawanannya terhadap korupsi, Jenderal Hoegeng juga sangat memperhatikan masyarakat dan bawahannya.
Meskipun sudah menjabat sebagai Kapolri dengan pangkat Jenderal berbintang empat, Hoegeng tetap turun tangan dalam mengatur lalu lintas di persimpangan jalan. Ia berpendapat bahwa seorang polisi adalah pelayan masyarakat, dari pangkat terendah hingga tertinggi, tugas mereka adalah melindungi dan melayani masyarakat.
Baca Juga: Polisi Cari Tahu soal Kabar Pertemuan Aktivis dan Komunitas LGBT Se-ASEAN di Jakarta Juli Ini
5. Memusnahkan Semua Dukungan Kejahatan
Ketika ditugaskan di Sumatera Utara pada tahun 1955, Hoegeng dihadapkan pada tugas berat untuk memberantas penyelundupan dan perjudian di wilayah tersebut. Namun, bahkan sebelum tiba di Pelabuhan Belawan, seorang utusan dari seorang bandar judi sudah mencoba mendekatinya.
Utusan tersebut memberikan selamat datang kepada Hoegeng serta menawarkan mobil dan rumah sebagai hadiah dari para pengusaha. Namun, dengan sopan Hoegeng menolak tawaran tersebut. Ia memilih untuk tinggal di Hotel De Boer sambil menunggu rumah dinasnya tersedia.
Baca Juga: Survei Terbaru Tunjukkan TNI Lebih Dipercaya Publik Dibandingkan Polisi dan Presiden
Ketika rumah dinasnya akhirnya tersedia, ia menemukan bahwa rumah tersebut sudah dipenuhi dengan barang-barang mewah seperti kulkas, piano, tape dan sofa mahal. Barang-barang tersebut ternyata juga merupakan hadiah dari para bandar judi.
Hoegeng segera mengambil tindakan dengan memerintahkan polisi dan kuli angkut untuk mengeluarkan barang-barang tersebut dari rumahnya dan menaruhnya di depan rumah. Bagi Hoegeng, itu jauh lebih baik daripada melanggar sumpah jabatannya sebagai seorang polisi Republik Indonesia.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024