Menu


Jangan Disamakan! Inilah Perbedaan Musibah dan Azab

Jangan Disamakan! Inilah Perbedaan Musibah dan Azab

Kredit Foto: Pixabay/Engin Akyurt

Konten Jatim, Depok -

Allah SWT tidak pernah segan untuk menghukum umat-Nya atau kaum kafir yang tidak mau mengikuti syariat Islam. Hukuman-hukuman tersebut terkadang berbentuk azab, baik itu azab di dunia, azab di alam kubur atau azab di akhirat.

Agama Islam selalu memberikan kesempatan kedua bagi orang-orang yang melakukan dosa dan kesalahan, sebesar apapun itu. Namun, jika tidak kunjung bertaubat dan meminta maaf kepada Allah SWT, maka mereka bisa memperoleh azab dari-Nya.

Bentuk azab ini berbeda-beda, bisa berbentuk musibah atau siksaan. Namun, bagi manusia, ada kalanya mereka merasa sulit membedakan mana yang merupakan azab dan mana yang merupakan musibah biasa dari Allah SWT.

Baca Juga: Pengertian Azab dalam Agama Islam: Etimologi dan Sejarah Singkatnya

Padahal, azab dan musibah adalah sesuatu yang berbeda. Berikut perbedaan antara musibah dan azab, dikutip dari situs Muhammadiyah pada Kamis (13/7/2023).

Perbedaan Musibah dan Azab

Pengertian Musibah

Muṣībah atau musibah, dalam Bahasa Arab berarti sesuatu yang menimpa seseorang. Dalam Al-Qur’an, musibah umumnya mengacu pada peristiwa netral tanpa konotasi negatif atau positif, meskipun ada beberapa ayat yang mengaitkannya dengan hal yang negatif. 

Di Indonesia, musibah selalu dikaitkan dengan peristiwa yang menyakitkan, menyengsarakan, dan bernilai negatif bagi manusia, baik dari peristiwa alam maupun sosial. Dalam Al-Qur’an, segala hal yang menimpa manusia disebut sebagai musibah, baik dalam bentuk kebaikan maupun keburukan. 

Baca Juga: Macam-Macam Azab dari Allah SWT Terhadap Para Pembangkang

Allah SWT juga menjelaskan bahwa musibah yang berupa kebaikan berasal dari-Nya, sementara musibah yang berupa keburukan atau bencana disebabkan oleh perbuatan manusia sendiri. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa tidak semua musibah adalah bencana. 

Musibah yang dianggap bencana dan memiliki makna negatif adalah yang membawa keburukan bagi manusia dan hasil dari perbuatan manusia, bukan dari Allah, meskipun terjadi di alam. Ketika musibah diartikan dengan konotasi negatif, manusia dianjurkan untuk memaknainya dengan mengembalikan esensi peristiwa tersebut kepada Allah SWT. 

Tampilkan Semua Halaman