Menu


Sejarah Tumpeng Sewu: Awalnya Bentuk Syukur Karena Berhasil Panen

Sejarah Tumpeng Sewu: Awalnya Bentuk Syukur Karena Berhasil Panen

Kredit Foto: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Pelaksanaan Tumpeng Sewu

Umumnya, masyarakat Desa Kemiren mengadakan Tumpeng Sewu setiap Bulan Dzulhijjah untuk merayakan berbagai macam hal mulai dari bersyukur karena berhasil panen, meminta kelancaran rezeki sampai melindungi desa dari musibah.

Satu hal yang harus selalu ada ketika melaksanakan Tumpeng Sewu adalah Pecel Pitik, sejenis pecel ayam adalah hidangan ayam khas suku Osing di Banyuwangi.

Baca Juga: Keindahan Tumpak Sewu, Tumpukan 'Seribu' Air Terjun yang Manjakan Indra

Dalam melaksanakan Tumpeng Sewu ini, orang-orang biasanya juga ikut mengadakan kegiatan lain seperti perlombaan, sejenis ramah tamah dan kegiatan lain. Tumpeng Sewu nantinya akan menjadi kegiatan utama dalam rangkaian acara.

Pengadaan acara tumpeng biasanya melibatkan proses penyajian dan pemotongan tumpeng oleh tuan rumah atau tokoh penting. Setelah itu, nasi dan lauk-pauk dihidangkan kepada tamu yang hadir sebagai tanda penghormatan dan kebersamaan.

Baca Juga: Simak Cara ke Air Terjun Tumpak Sewu: Rute Lengkap dan Penginapan

Dengan demikian, bisa disimpulkan kalau Tumpeng Sewu menjadi simbol kebersamaan, persatuan, dan berbagi kebahagiaan. Tradisi ini juga mengajarkan nilai-nilai kekeluargaan, kegotong-royongan, serta rasa syukur atas nikmat yang diberikan.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman