Pada tahun itu, perkara awal pun muncul karena melubernya kapasitas penonton hingga 80.000 orang, ditambah saat itu stadion masih minim penerangan.
Tahun berikutnya, tepatnya 2005, tragedi pertama pun muncul saat Arema vs Persija yang diadakan oleh Liga Djarum Indonesia (LDI) yang memakan korban jiwa dan korban luka-luka karena robohnya pagar.
Pada tahun 2010, stadion ini sempat diperbaiki untuk menambah daya pencahayaan sebagai syarat dalam mengikuti Liga Champions AFC 2011.
Pada perhelatan di tahun 2018 pun terjadi kericuhan hingga membuat gas air mata ditembak oleh aparat ke arah tribune dan menyebabkan banyak korban pingsan berjatuhan. Tragedi ini disebut dengan Kanjuruhan Disaster.
Berlanjut di tahun 2019, tragedi pagar roboh kembali terjadi. Beruntungnya, saat itu tidak ada korban jiwa, tetapi beberapa orang terluka karena kerobohan tersebut.
Puncaknya terjadi pada tahun 2022 yang menjadi perhatian dunia karena banyaknya korban yang berjatuhan. Menurut data dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), ada712 korban yang terdiri dari 132 korban tewas, 96 korban luka berat, dan 484 korban luka sedang atau ringan.
Meskipun belum diketahui kapan stadion itu akan dihancurkan, Stadion Kanjuruhan akan dibangun kembali sesuai dengan standar dari FIFA.
9 Juni 2004, Presiden Megawati Soekarnoputri meresmikan Stadion Kanjuruhan. Dalam acara peresmian tsb juga digelar pertandingan ujicoba antara Arema melawan PS Sleman dan dimenangkan oleh Arema dengan skor 1-0. pic.twitter.com/0EEK5UohHD
— #UsutTuntas (@rodrigosantono) June 9, 2020
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024