Menu


Sejarah Pembangunan JIS yang Disebut Masih Banyak Kekurangan

Sejarah Pembangunan JIS yang Disebut Masih Banyak Kekurangan

Kredit Foto: Instagram/Jakarta International Stadium

Konten Jatim, Depok -

Piala Dunia U-17 akan dihelat di Indonesia mulai dari 10 November 2023 sampai 3 Desember 2023. Dikabarkan salah satu stadion yang akan digunakan untuk mengadakan pertandingan adalah Jakarta International Stadium (JIS).

JIS diusulkan lantaran stadion lain di Jakarta, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dipakai untuk konser Coldplay pada 15 November 2023. JIS dianggap bisa menjadi alternatif jika memang ingin mengadakan pertandingan sepak bola di Ibu Kota.

Baca Juga: Polemik Penggunaan JIS: Memangnya Belum Sesuai Standar FIFA?

Namun, terdapat beberapa permasalahan yang menyelimuti JIS, mulai dari tempat parkir kendaraan, akses jalan untuk penonton menuju stadion, rumput lapangan, area kehadiran untuk tim hingga fasilitas di tribun, semua dianggap belum memenuhi standar FIFA.

Padahal, sejarah pembangunan JIS yang panjang dan memakan waktu lama dianggap menjadi bukti cukup kalau stadion ini layak dipakai untuk pagelaran Piala Dunia U-17. Berikut pembahasannya mengutip Suara.com pada Selasa (4/7/2023).

Sejarah Pembangunan JIS

Sejarah pembangunan JIS dimulai pada tahun 2008. Bermula dari Taman BMW, Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta, saat itu, luas total tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta adalah 66,6 hektar. Tanah tersebut awalnya diperoleh sebagai hasil utang penyediaan lahan fasilitas sosial dan umum dari tujuh perusahaan swasta. 

Di bawah kepemimpinan Gubernur Fauzi Bowo, upaya penggusuran bangunan liar di area tersebut dimulai. Pada 2009, rencana pembangunan stadion olahraga di lahan tersebut mulai dirancang. Pembangunan sebenarnya berlangsung dari tahun 2009 hingga 2011.

Baca Juga: Ungkit soal Pagar Pembatas Stadion Roboh, Loyalis Ganjar Sebut JIS Kejar Tayang Demi Pencitraan Anies

Namun, tahun 2010, pembangunan stadion terhenti karena terjadi sengketa lahan. Seorang warga bernama Donald Gulaime Wolfe mengklaim sebagian tanah tersebut sebagai miliknya, sehingga ia menuntut ganti rugi sebelum stadion dibangun.

Tahun 2013, Pemprov DKI Jakarta menggusur Stadion Lebak Bulus. Area tersebut kemudian diubah menjadi depo MRT fase 1 Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. Pemprov DKI Jakarta kemudian mulai mencari lokasi pengganti untuk stadion kandang Persija Jakarta. 

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024

Tampilkan Semua Halaman