Versi Sejarah Terkenal
Namun, dari semua versi yang disebutkan di atas, dapat dikatakan salah satu cerita masyarakat yang paling banyak didengar datang dari kisah cinta antara Ki Moko dengan Putri dari Kerajaan Sriwijaya di Palembang bernama Siti Suminten pada tahun 1600-an.
Ki Moko yang punya nama asli Raden Wongso Kenongo ini merupakan sosok sakti yang saat itu berkelana dari satu tempat menuju tempat lain untuk menyebarkan Agama Islam. Suatu waktu, dirinya mendengar kabar bahwa putri dari Kerajaan Sriwijaya jatuh sakit.
Baca Juga: Soto Mata Sapi, Kuliner Ekstrem Madura dengan Kuah Semerah Darah
Untuk mengobati sang putri, Ki Moko mengirim bumbung bambu yang berisi berbagai jenis mata ikan. Ajaibnya, kondisi sang putri perlahan membaik berkat kiriman mata ikan dari Ki Moko.
Raja Sriwijaya ini amat gembira melihat kesembuhan sang putri. Siti Suminten pun diserahkan kepada Ki Moko untuk menjadi istrinya. Setelah pergi ke Jawa Timur, kedua pasangan baru ini mengadakan pernikahan di wilayah yang diyakini sebagai lokasi Api Tak Kunjung Padam.
Baca Juga: Nyobain Soto Mata Sapi yang Ekstrem Khas Madura, di Mana?
Dirinya menancapkan tongkat saktinya ke tanah untuk membuat mata air dan api untuk keperluan pernikahan. Anehnya, setelah pernikahan usai, Ki Moko tidak mampu memadamkan api tersebut. Itulah cerita rakyat di balik Api Tak Kunjung Padam.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO