Fenomena kerusuhan yang melibatkan suporter sepak bola di Indonesia seringkali menjadi sorotan publik. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang alasan di balik perilaku destruktif ini.
Terbaru, suporter sepak bola terlibat tawuran dengan perkumpulan pendekar Persaudaraan Setiya Hati Teratai (PSHT) pada Minggu (4/6/2023) sore di Taman Siswa, Yogyakarta. Pertikaian ini, meskipun tidak berlangsung di stadion dan tidak melibatkan pertandingan sepak bola di dalamnya, tetap mengindikasikan adanya keterlibatan suporter sepak bola di dalamnya.
Ini bukan kali pertama para penggemar bertindak anarkis seperti ini. Kenapa suporter sepak bola Indonesia suka rusuh dalam berbagai situasi? Berikut penjelasannya menyadur Antara dan beberapa sumber lain pada Senin (5/6/2023).
Baca Juga: Insiden Tawuran di Yogyakarta Tahun 2023, Terbaru di Taman Siswa
Kenapa Suporter Indonesia Rusuh?
Kerusuhan sepak bola di Indonesia sudah dianggap sebagai “tradisi” yang sayangnya terus berlanjut hingga sekarang. Jika dirunut, bisa ditemukan berbagai faktor yang mempengaruhi tindakan suporter yang kerap merusuh baik itu di dalam maupun luar lapanga
Faktor-faktor yang dimaksud di sini bisa berupa faktor internal yang berkaitan dengan sepak bola maupun faktor eksternal yang tidak ada hubungannya dengan sepak bola. Berikut pembahasannya:
Faktor Internal
1. Rivalitas Klub
Salah satu faktor utama yang memicu kerusuhan adalah rivalitas antara suporter klub yang berbeda. Persaingan antara suporter klub sering kali meningkat menjadi konflik yang intens, terutama saat tim-tim tersebut bertemu dalam pertandingan penting. Rivalitas klub yang berlebihan dan kurangnya pengendalian emosi dapat memicu tindakan agresif dan kerusuhan.
Baca Juga: 4 Fakta Tawuran di Taman Siswa Yogyakarta: 352 Orang Diamankan
2. Identitas dan Afeksi Klub
Suporter sepak bola sering memiliki afeksi dan loyalitas yang kuat terhadap klub mereka. Mereka mengidentifikasi diri mereka dengan klub tersebut dan merasa terikat secara emosional. Ketika hasil pertandingan tidak sesuai harapan atau ada perasaan ketidakadilan, hal ini dapat memicu emosi negatif yang menyebabkan kerusuhan.
3. Provokasi dan Penyebab Eksternal
Terkadang, tindakan provokasi dari pihak luar, seperti suporter lawan, dapat memicu kerusuhan. Insiden seperti pelemparan benda-benda keras, cacian, atau tindakan tidak sportif lainnya dapat memicu suporter untuk merespons dengan kekerasan. Provokasi dan penyebab eksternal sering menjadi pemicu untuk terjadinya kerusuhan.
Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO