Faktor Eksternal
1. Kurangnya Pendidikan dan Kesadaran
Kurangnya pendidikan tentang etika olahraga, nilai-nilai fair play, dan kesadaran akan dampak negatif kerusuhan dapat menjadi faktor yang mempengaruhi perilaku suporter. Kurangnya pemahaman tentang pentingnya menjaga kedamaian dalam pertandingan dapat menyebabkan perilaku agresif dan kerusuhan.
2. Minimnya Pengawasan dan Keamanan
Pengawasan dan keamanan di stadion yang minim juga dapat berkontribusi pada terjadinya kerusuhan. Keberadaan pasukan keamanan yang tidak memadai atau kurangnya koordinasi antara pihak berwenang dan suporter dapat menciptakan lingkungan yang tidak terkendali, memicu kerusuhan dan kekacauan.
Baca Juga: Media Asing Soroti Tragedi Kanjuruhan Kalah Heboh dengan Piala Dunia U-20
3. Pengaruh Minuman Keras dan Narkoba
Nyatanya, masih ada sebagian suporter yang mengkonsumsi alkohol atau narkoba, mempengaruhi perilaku mereka di dalam stadion. Konsumsi alkohol berlebihan atau penggunaan narkoba dapat mempengaruhi penilaian, mengurangi pengendalian diri, dan meningkatkan kecenderungan untuk terlibat dalam tindakan agresif dan kerusuhan.
4. Kondisi Sosial-Ekonomi
Beberapa suporter mungkin berasal dari latar belakang sosial-ekonomi yang sulit, dengan keterbatasan akses terhadap pendidikan, lapangan kerja, atau kesempatan yang adil. Frustrasi dan ketidakpuasan terhadap keadaan ini dapat diekspresikan melalui perilaku agresif di dalam dan di luar stadion.
5. Kurangnya Sanksi yang Tegas
Ketidakadilan atau ketidakefektifan sanksi terhadap suporter yang terlibat dalam kerusuhan juga dapat memberikan sinyal yang salah. Kurangnya sanksi yang tegas dapat membuat beberapa suporter merasa dapat melakukan tindakan kekerasan tanpa konsekuensi, sehingga memperburuk situasi.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024