Sebaliknya, jika suami berada di dalam posisi tersebut, seharusnya sang suami lebih mengevaluasi diri dan berusaha menjadi lebih baik.
“Seorang suami di saat dia menemukan kelemahan dalam dirinya, ekonominya mungkin lemah, mungkin istrinya lebih tinggi gajinya, atau suaminya enggak punya (penghasilan, red), paling tidak punya penghargaan (kepada istrinya dengan menghargai, red) dan (beri, red) kata maaf.”
Buya Yahya pun mengingatkan bahwa Islam tak pernah memaksa keadaan manusianya untuk berhasil karena yang terpenting adalah berusaha terlebih dahulu.
Baca Juga: Pesan untuk Para Suami, Jangan Nikahi Seorang Wanita Bila Tak Mau Beri Nafkah
Pasalnya, ada beberapa orang yang memang memiliki nasib tidak baik dalam mengerjakan suatu hal sehingga para suami tak seharusnya menyalahkan istrinya jika keadaan istrinya lebih baik dalam urusan pekerjaan.
“Para suami hendaknya sadar kalau dirimu punya kelemahan bukan berarti setelah itu Islam memaksa kita harus berhasil, tidak. Kalau memang seorang suami nasibnya bangkrutan itu paling tidak kata (minta, red) maaf (ke istri, red),” jelas Buya Yahya.