Sempat Diperdebatkan Ulama
Meskipun punya sifat bagus dan harus ditiru, eksistensi salaful shalih ini sempat diperdebatkan para ulama karena mereka tidak yakin untuk mewajibkan para Muslim untuk meniru mereka, khususnya para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ini dikarenakan para sahabat dan orang-orang yang masuk golongan salaful shalih lainnya tidak berada dalam hal-hal yang seharusnya diikuti dan dipelajari para umat. Hanya Al-Qur’an dan hadits lah yang bisa dijadikan untuk acuan hidup dan bukan kegiatan para sahabat.
Baca Juga: Apa Itu Targhib? Kenikmatan dan Ganjaran Perbuatan Shalih
Meskipun begitu, dalam kasus ini tidak ada salahnya untuk mengikuti tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dari para salafus shalih. Seperti yang tadi sudah diungkapkan, meskipun tidak bisa disandingkan dengan isi Al-Qur’an dan hadits, mereka adalah contoh sebaik-baiknya umat Islam selain Nabi Muhammad SAW.
Terlebih, mereka mengenal langsung sosok Rasulullah SAW atau mendapatkan cerita langsung terkait keteladanannya. Mengikuti salaful shalih ini secara tersirat terkandung dalam Q.S. An-Nisa ayat 115 yang berbunyi:
Baca Juga: Allah Lebih Cinta Pelaku Maksiat yang Bertobat Dibandingkan Orang Saleh yang Tak Merasa Salah
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”