Menu


Apa Itu Salafus Shalih? Para Pendahulu Muslim yang Shalih

Apa Itu Salafus Shalih? Para Pendahulu Muslim yang Shalih

Kredit Foto: Unsplash/Nega

Konten Jatim, Depok -

Sifat shalih merupakan sifat yang diwajibkan untuk dimiliki para Muslim. Sifat shalih ini akan semakin mempermudah umat Islam untuk mendapat pahala dan masuk surga serta menjauhi mereka dari dosa yang menjerumuskan ke api neraka.

Memiliki sifat shalih ini bisa dengan cara yang beragam. Memperbaiki ibadah wajib seperti salat dan membaca Al-Qur’an, mendekatkan diri dengan orang-orang shalih atau mengikuti suri tauladan Muslim di masa lampau adalah beberapa di antaranya.

Muslim yang memiliki keteladanan yang wajib ditiru ini bisa disebut sebagai salafus shalih. Berikut penjelasan lengkap tentang apa itu salafus shalih mengutip laman resmi Muhammadiyah pada Senin (22/5/2023).

Baca Juga: Apa Itu Shalih? Muslim Berakhlak yang Dicintai Allah SWT

Apa Itu Salafus Shalih?

Kata shalih (صَالِحٌ) atau saleh dalam Bahasa Arab punya artian sebagai sosok yang baik atau sosok yang taat. Kata tersebut juga bisa berartikan “Nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk kaum Tsamud”. Kata tersebut diambil dari kata kerja “salaha”(صَلَحَ) yang artinya baik, pantas atau unggul.

Sementara itu, kata salafus berasal dari 3 huruf hijaiyah yakni sim, lam dan fa. Dijelaskan bahwa 3 huruf hijaiyah ini menunjukkan makna “yang terdahulu atau orang-orang yang telah lampau”. 

Baca Juga: 6 Ciri-Ciri Orang Shalih Menurut Al-Qur’an. Ada yang Merasa?

Di sini, bisa disimpulkan bahwa salafus shalih adalah Muslim yang hidup di masa lampau dan memiliki sifat shalih. Para Muslim ini juga hidup cukup dekat di zaman Nabi Muhammad SAW, sehingga keteladanannya sangat dianjurkan untuk ditiru.

Salafus shalih sendiri terbagi menjadi 3 jenis berdasarkan golongan kedekatan dengan Rasulullah SAW, yakni sahabat, tabi’in dan tabi’it tabi’in. Mereka disebut-sebut menjadi orang yang punya suri tauladan yang bagus untuk dijadikan motivasi demi memperbaiki amal ibadah.

Sempat Diperdebatkan Ulama

Meskipun punya sifat bagus dan harus ditiru, eksistensi salaful shalih ini sempat diperdebatkan para ulama karena mereka tidak yakin untuk mewajibkan para Muslim untuk meniru mereka, khususnya para sahabat Nabi Muhammad SAW.

Ini dikarenakan para sahabat dan orang-orang yang masuk golongan salaful shalih lainnya tidak berada dalam hal-hal yang seharusnya diikuti dan dipelajari para umat. Hanya Al-Qur’an dan hadits lah yang bisa dijadikan untuk acuan hidup dan bukan kegiatan para sahabat.

Baca Juga: Apa Itu Targhib? Kenikmatan dan Ganjaran Perbuatan Shalih

Meskipun begitu, dalam kasus ini tidak ada salahnya untuk mengikuti tingkah laku, perbuatan dan tutur kata dari para salafus shalih. Seperti yang tadi sudah diungkapkan, meskipun tidak bisa disandingkan dengan isi Al-Qur’an dan hadits, mereka adalah contoh sebaik-baiknya umat Islam selain Nabi Muhammad SAW.

Terlebih, mereka mengenal langsung sosok Rasulullah SAW atau mendapatkan cerita langsung terkait keteladanannya. Mengikuti salaful shalih ini secara tersirat terkandung dalam Q.S. An-Nisa ayat 115 yang berbunyi:

Baca Juga: Allah Lebih Cinta Pelaku Maksiat yang Bertobat Dibandingkan Orang Saleh yang Tak Merasa Salah

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

Artinya: “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”