Majelis Tarjih berpendapat bahwa jika kata “silaturahmi” telah menjadi bagian dari Bahasa Indonesia. Dengan demikian, tidak ada masalah dalam menuliskan atau mengucapkannya sesuai dengan yang mudah bagi lisan orang-orang.
Dengan demikian, ketika seseorang mengatakan “silaturahmi”, maka maknanya akan dikembalikan ke makna dalam Bahasa Indonesia dan bukan secara harfiah diartikan dalam Bahasa Arab. Ini dikarenakan kata tersebut telah mengalami transformasi makna.
Baca Juga: Contoh Al-Wala Wa Al-Bara dalam Kehidupan Muslim Sehari-hari
Perubahan Makna Terhadap Sebuah Kata di Agama Islam
Perlu diketahui kalau kata silaturahmi dan silaturahim ini bukan satu-satunya kata yang mengalami pergeseran makna dari Bahasa Arab. Agama Islam beberapa kali mengubah makna sebuah kata untuk lebih mudah dipakai dalam keseharian.
Salah satunya adalah kata “takwa”. Disebutkan oleh filsuf Agama Islam asal Jepang bernama Toshihiko Izutsu bahwa kata takwa memiliki arti sebagai “sikap membela diri sendiri, baik binatang maupun manusia, untuk tetap hidup melawan sejumlah kekuatan destruktif dari luar.”
Baca Juga: Ini Ibadah yang Bisa Menjaga Iman Umat Muslim Sampai Hari Kiamat Menurut Gus Baha
Namun, di Al-Qur’an, kata ini akhirnya diubah maknanya menjadi rasa takut dan patuh kepada Allah SWT. Dan hingga sekarang, para Muslim menggunakan definisi kedua alih-alih pengertian di zaman jahiliyah.