Silaturahim merupakan istilah yang umum digunakan untuk menunjukkan kekerabatan antar sesama Muslim. Dahulu, kalimat ini lebih umum digunakan dalam menjaga tali persaudaraan terhadap sesama Muslim yang memiliki hubungan darah.
Ini tidak lepas dari etimologi kata silaturahim itu sendiri. Namun, dewasa ini kata silaturahim juga bisa dipakai terhadap hubungan terhadap Muslim yang tidak memiliki hubungan darah apapun. Dan mengingat bahwa sesama Muslim memang harus menjaga keeratan terhadap sesama, konteks silaturahim masih bisa dipakai.
Etimologi adalah satu hal yang masih banyak ditanyakan dan bahkan diperdebatkan mengenai silaturahim. Selain definisi soal hubungan darah atau hubungan sesama Muslim di atas, etimologi dari kata silaturahim ini kadang dibedakan dengan kata yang mirip dengan silaturahim, yakni silaturahmi.
Baca Juga: Muslim Wajib Tahu! Apa Itu Silaturahim dalam Agama Islam?
Memangnya, apa perbedaan silaturahim dan silaturahmi? Atau justru keduanya sama saja? Begini penjelasannya mengutip laman resmi Muhammadiyah pada Jumat (19/5/2023).
Perbedaan Silaturahim dan Silaturahmi
Perlu diketahui bahwa dalam Besar Bahasa Indonesia (KBBI), silaturahim merupakan bentuk tidak baku dari kata “silaturahmi”. Kata tersebut memiliki arti “tali persahabatan” atau “persaudaraan”. Silaturahmi ini berasal dari gabungan 2 kata, yakni “silah” (صِلَةٌ) dan “al-rahim” (اَلرَّحِمُ).
Silah mempunyai arti sebagai “penyambungan”, sementara al-rahim memiliki arti “peranakan” atau “kekerabatan: dalam Bahasa Arab. Dan 2 kata ini diambil lagi dari kata kerja dalam Bahasa Arab. Silah berasal dari kata kerja “wasala” (وَصَلَ) yang artinya “sampai”, “datang” atau “menyambung” dan al-rahim diambil dari kata “rahima” (رَحِمَ), memiliki arti sebagai “merahmati”.
Lalu, di mana letak perbedaannya? Dari definisi dan etimologi di atas, bisa dilihat sebenarnya kata silaturahim dan silaturahmi tidak memiliki perbedaan. Hanya saja, konteks kata silaturahmi ini bisa dikatakan lebih dekat dengan keseharian dalam Bahasa Indonesia.
Baca Juga: Penjelasan UAS Tentang Ziarah Kubur Jelang Ramadan, Datangkan Hikmat dan Sambung Silaturahim
Sebagai informasi, dalam sejumlah riwayat hadits Nabi Muhammad SAW, Beliau lebih banyak menggunakan kata “silaturahim”. Kata silaturahmi banyak disebut merupakan kata serapan dari silaturahim, meskipun tadi sudah disebutkan kalau silaturahim adalah bentuk tidak baku dari silaturahmi.
Majelis Tarjih berpendapat bahwa jika kata “silaturahmi” telah menjadi bagian dari Bahasa Indonesia. Dengan demikian, tidak ada masalah dalam menuliskan atau mengucapkannya sesuai dengan yang mudah bagi lisan orang-orang.
Dengan demikian, ketika seseorang mengatakan “silaturahmi”, maka maknanya akan dikembalikan ke makna dalam Bahasa Indonesia dan bukan secara harfiah diartikan dalam Bahasa Arab. Ini dikarenakan kata tersebut telah mengalami transformasi makna.
Baca Juga: Contoh Al-Wala Wa Al-Bara dalam Kehidupan Muslim Sehari-hari
Perubahan Makna Terhadap Sebuah Kata di Agama Islam
Perlu diketahui kalau kata silaturahmi dan silaturahim ini bukan satu-satunya kata yang mengalami pergeseran makna dari Bahasa Arab. Agama Islam beberapa kali mengubah makna sebuah kata untuk lebih mudah dipakai dalam keseharian.
Salah satunya adalah kata “takwa”. Disebutkan oleh filsuf Agama Islam asal Jepang bernama Toshihiko Izutsu bahwa kata takwa memiliki arti sebagai “sikap membela diri sendiri, baik binatang maupun manusia, untuk tetap hidup melawan sejumlah kekuatan destruktif dari luar.”
Baca Juga: Ini Ibadah yang Bisa Menjaga Iman Umat Muslim Sampai Hari Kiamat Menurut Gus Baha
Namun, di Al-Qur’an, kata ini akhirnya diubah maknanya menjadi rasa takut dan patuh kepada Allah SWT. Dan hingga sekarang, para Muslim menggunakan definisi kedua alih-alih pengertian di zaman jahiliyah.