- Sifat-sifat Allah SWT bersifat kekal;
- Etika bersifat objektif dan bisa dikenali lewat adanya akal;
- Pentingnya pembimbing umat untuk menyadari kebesaran Allah SWT karena manusia bisa dialihkan dengan mudah;
- Percaya rukun iman ada 6;
- Otoritas agama membutuhkan argumen yang masuk akal untuk membuktikan klaim mereka;
- Mendukung adanya ilmu pengetahuan dan filsafat;
- Iman tidak bertambah atau berkurang. Takwa sebaliknya;
- Menekankan monoteisme.
Sejarah Singkat Maturidiyah
Disebutkan bahwa aliran maturidiyah ini didirikan oleh seorang ulama dan teolog asal Persia bernama Abu Mansur al-Maturidi atau biasa dipanggil Al-Maturidi pada abad ke-9 hingga ke-10. Aliran ini disebut-sebut memiliki kemiripan dengan aliran asy’ariyah. Sebelum mendirikan aliran maturidiyah ini, Al-Maturidi adalah murid dari pendiri asy’ariyah, yakni Abu Hasan al-Asy’ari.
Baca Juga: Apa Itu Hizbiyyah? Fanatisme Berlebih Terhadap Organisasi Islam
Pendirian aliran maturidiyah ini diduga karena adanya pertentangan antara golongan mu'tazilah. Al-Maturidi yang hidup pada masa itu melibatkan diri dalam pertentangan tersebut dengan mengajukan pemikirannya, yang diduga sebagai jalan tengah dari perbedaan mu’tazilah ini.
Pemikiran-pemikiran Al-Maturidi dinilai bertujuan untuk membendung tidak hanya paham mu'tazilah, tetapi juga aliran asy’ariyah. Namun, Al-Maturidi dan Al-Asy’ari ternyata dijelaskan sama-sama menentang paham mu’tazilah sehingga teori di atas diperdebatkan.
Baca Juga: Sifat-Sifat Malaikat yang Perlu Dipahami oleh Umat Islam
Semasa hidupnya, Al-Maturidi dikenal sebagai pengikut setia Imam Hanafi yang terkenal ketat dengan keabsahan pendapat akal.
Sebagai pengikut Imam Hanafi, tak mengherankan bila paham teologi yang disebarkan oleh al-Maturidi memiliki banyak persamaan dengan paham-paham yang dipegang Imam Hanafi yang mengedepankan pertimbangan akal dalam memecahkan berbagai masalah keagamaan.