Saat ini, teknologi sudah berubah semakin canggih. Bahkan, astronomi sudah bisa menghitung atau memperkirakan tanggalan hingga tahun 3.000 karena pergerakan orbit.
Perhitungan orbit ini pun didasari dengan perhitungan matematis yang sudah pasti dilakukan oleh ilmuwan yang berpusat di bidang tersebut.
Mendasari kecanggihan ini, Ustaz Felix Siauw menjelaskan bahwa para astronom mengetahui berbagai perhitungan tanggalan berdasarkan bulan maupun matahari tanpa melihat langsung.
Baca Juga: Beda Idulfitri Bukan Pertama Kali, Umat Islam Diminta Tak Persoalkan
Hal inilah yang kemudian dijadikan patokan dalam menentukan bulan baru atau pergantian bulan oleh Muhammadiyah dan disebut sebagai hisab.
Dengan perhitungan yang canggih ini, Kita sudah bisa tahu kapan Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah.
“Kenapa Muhammadiyah dari awal sudah mengatakan bahwa dia akan berlebaran di tanggal 21? Karena pada tanggal 20 itu sudah terjadi konjungsi (pergantian bulan menjadi bulan baru, red). Jadi sekarang itu sudah terjadi konjungsi,” kata Felix Siauw melalui unggahannya pada Kamis (20/04/2023).
Berdasarkan data dari ahli astronom, terdeteksi bahwa tanggal 20 April lalu sudah menjadi new moon. Hal inilah yang membuat Muhammadiyah merayakan Idulfitri pada Jumat (21/04/2023).
“Tanggal 20 itu new moon, bahkan new moon-nya sudah 0,04 persen visible, jadi dia sudah 0,04 persen (berubah menjadi bulan Syawal, red),” ucapnya.
Baca Juga: Bedanya Hari Lebaran Versi Pemerintah dan Muhammadiyah Diminta untuk Tak Diperdebatkan
Secara astronomi, memang pada hari Kamis (20/04/2023) kemarin sudah menjadi bulan yang baru, tetapi manusia belum bisa melihat bentuk bulan baru ini.
Hal ini yang kemudian menyebabkan perbedaan dari segi penentuan tanggal dalam 1 Syawal atau Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah.