Menu


Gerhana Matahari Hibrida dan Hubungannya dengan Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah

Gerhana Matahari Hibrida dan Hubungannya dengan Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah

Kredit Foto: Unsplash/Karen Kayser

Dikabarkan, puncak gerhananya berdurasi 1 menit 16,1 detik.

Mengutip laman Muhammadiyah, gerhana matahari terjadi saat matahari, bulan, dan Bumi berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi pada saat bulan baru, yaitu. ketika matahari dan bulan bersama (ijtima).

Baca Juga: 4 Fakta Muhammadiyah Dilarang Salat Id di Lapangan: Dikecam

Jika gerhana bulan terjadi saat matahari, Bumi, dan bulan sejajar, posisi tersebut terjadi saat bulan purnama. Berdasarkan konsep ini, dapat dikatakan bahwa gerhana terjadi saat ada bulan baru, tetapi tidak bisa setiap bulan baru. Sama halnya dengan gerhana bulan yang pasti terjadi pada saat bulan purnama, tetapi tidak setiap bulan purnama dapat terjadi gerhana matahari. Umumnya, jika hari ini gerhana, besok adalah bulan Hijriah yang baru.

Kembali ke masa gerhana, jika gerhana terjadi antara pagi dan siang hari, besar kemungkinan besok adalah bulan baru karena ketinggian bulan baru sudah berada di atas ufuk. Namun, jika gerhana terjadi pada sore hari, hilal mungkin masih berada di bawah ufuk dan keesokan harinya bulan baru belum tiba. 

Gerhana matahari pada 20 April 2023 membuktikan hisab hakiki wujudul hilal lebih unggul, yang menunjukkan awal bulan yang sesuai dengan gerhana. Pasalnya, di Indonesia terjadi gerhana matahari sekitar tengah hari. 

Baca Juga: Kenapa Muhammadiyah Lebaran Lebih Awal? Begini Penjelasannya

Lain halnya jika gerhana terjadi pada sore hari, keesokan harinya mungkin bukan awal bulan karena bulan baru kemungkinan besar masih berada di bawah ufuk. 

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman