Menu


Gerhana Matahari Hibrida dan Hubungannya dengan Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah

Gerhana Matahari Hibrida dan Hubungannya dengan Hisab Hakiki Wujudul Hilal Muhammadiyah

Kredit Foto: Unsplash/Karen Kayser

Konten Jatim, Jakarta -

Gerhana matahari hibrida merupakan gerhana yang menggabungkan tiga jenis gerhana matahari. Bagaimana kaitannya dengan hisab hakiki wujudul hilal Muhammadiyah?

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa gerhana matahari dibagi menjadi empat, yakni gerhana matahari total, gerhana matahari sebagian, gerhana matahari cincin, dan gerhana matahari hibrida.

Gerhana matahari total ialah ketika seluruh permukaan matahari tertutup oleh bayangan bulan dan mengakibatkan permukaan bumi yang dilewatinya jadi gelap seperti malam. Sementara itu, gerhana matahari sebagian ialah sebagian permukaan matahari saja yang tertutup bayangan bulan.

Baca Juga: Mengenal Gerhana Matahari Hibrida dan Fakta-Faktanya

Kemudian, gerhana matahari cincin ialah ketika permukaan tengah matahari yang tertutup bayangan bulan sedangkan pinggirannya masih terlihat, sehingga dari Bumi tampak seperti cincin.

Nah, gerhana matahari hibrida ialah gerhana matahari total dan matahari cincin yang terjadi berurutan dalam satu waktu, diawali dengan posisi matahari, bulan, dan Bumi dalam satu garis lurus. Adapun pergerakan bulan membuat jaraknya dengan Bumi berbeda-beda di tiap lokasi.

Saat jarak bulan jauh, maka gerhana matahari cincin terjadi. Jika jaraknya dekat, maka terjadi gerhana matahari total. Saat bulan bergerak lagi dan kembali jauh jaraknya dengan bumi, maka gerhana mata hari cincin terjadi lagi.

Baca Juga: Kelarnya Polemik Larangan Pemakaian Lapangan untuk Salat Id Muhammadiyah

Adapun gerhana yang disebut cuma terjadi beberapa kali dalam satu abad ini dikabarkan akan terjadi pada 20 April 2023. Terjadi di Indonesia, kali ini gerhana matahari hibrida tepatnya berlokasi di Laut Timor di sebelah tenggara Pulau Timor.

Dikabarkan, puncak gerhananya berdurasi 1 menit 16,1 detik.

Mengutip laman Muhammadiyah, gerhana matahari terjadi saat matahari, bulan, dan Bumi berada dalam satu garis lurus. Posisi ini terjadi pada saat bulan baru, yaitu. ketika matahari dan bulan bersama (ijtima).

Baca Juga: 4 Fakta Muhammadiyah Dilarang Salat Id di Lapangan: Dikecam

Jika gerhana bulan terjadi saat matahari, Bumi, dan bulan sejajar, posisi tersebut terjadi saat bulan purnama. Berdasarkan konsep ini, dapat dikatakan bahwa gerhana terjadi saat ada bulan baru, tetapi tidak bisa setiap bulan baru. Sama halnya dengan gerhana bulan yang pasti terjadi pada saat bulan purnama, tetapi tidak setiap bulan purnama dapat terjadi gerhana matahari. Umumnya, jika hari ini gerhana, besok adalah bulan Hijriah yang baru.

Kembali ke masa gerhana, jika gerhana terjadi antara pagi dan siang hari, besar kemungkinan besok adalah bulan baru karena ketinggian bulan baru sudah berada di atas ufuk. Namun, jika gerhana terjadi pada sore hari, hilal mungkin masih berada di bawah ufuk dan keesokan harinya bulan baru belum tiba. 

Gerhana matahari pada 20 April 2023 membuktikan hisab hakiki wujudul hilal lebih unggul, yang menunjukkan awal bulan yang sesuai dengan gerhana. Pasalnya, di Indonesia terjadi gerhana matahari sekitar tengah hari. 

Baca Juga: Kenapa Muhammadiyah Lebaran Lebih Awal? Begini Penjelasannya

Lain halnya jika gerhana terjadi pada sore hari, keesokan harinya mungkin bukan awal bulan karena bulan baru kemungkinan besar masih berada di bawah ufuk. 

Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024