Menu


Pemikiran Al-Farabi yang Membentuk Lanskap Filsafat Modern

Pemikiran Al-Farabi yang Membentuk Lanskap Filsafat Modern

Kredit Foto: Middle East Eye

Pemikiran Soal Warga Negara

Al-Farabi mengungkapkan kalau adanya negara tidak lepas dari warga negara yang berada di dalamnya. Dengan demikian, dirinya menekankan eksistensi warga negara sebagai elemen paling krusial sebelum hal-hal lain seperti hukum, tata negara dan ideologi.

Kepribadian warga negara di dalam sebuah negara nantinya akan membentuk hal-hal yang sudah disebutkan di atas. Mereka juga berhak memilih seorang pemimpin negara, yaitu seorang yang paling unggul dan paling sempurna di antara mereka.

Baca Juga: Biografi Al-Farabi, Pelopor Ilmu Filsafat Barat dari Timur

Pemikiran Soal Negara

Lebih dari itu, Al-Farabi juga mengkategorikan negara yang baik seperti organ tubuh. Jika organ tubuh berjalan dan berfungsi dengan benar, maka kehidupan seseorang akan berjalan dengan baik pula. Pun halnya dengan negara, di mana dirinya menganalogikan sebagai berikut:

  • Jantung: Organ pokok karena jantung adalah organ pengatur yang tidak diatur oleh organ lainnya.
  • Otak:  Bertugas melayani bagian peringkat pertama dan mengatur organ-organ bagian di bawahnya, yakni organ peringkat ketiga, seperti: hati, limpa, dan organ-organ reproduksi
  • Organ bagian ketiga: Organ terbawah ini hanya bertugas mendukung dan melayani organ dari bagian atasnya

Al-Farabi juga memiliki beberapa kategori soal bentuk-bentuk negara. Bentuk negara yang dimaksud Al-Farabi adalah sebagai berikut:

Baca Juga: Apa Itu Mazhab? Pemahaman Cendekiawan Islam soal Hukum Agama?

  • Negara Utama: Negara yang dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan oleh para filsuf; penduduknya merasakan kebahagiaan.
  • Negara Orang-orang Bodoh: Negara yang penduduknya tidak mengenal kebahagiaan.
  • Negara Orang-orang Fasik: Negara yang penduduknya mengenal kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-orang bodoh.
  • Negara yang Berubah-ubah: Negara ini awalnya memiliki pemikiran dan pendapat seperti penduduk negara utama, tetapi kemudian mengalami kerusakan.
  • Negara Sesat: Negara yang dipimpin oleh orang yang menganggap dirinya mendapat wahyu dan kemudian ia menipu orang banyak dengan ucapan dan perbuatannya.

Pemikiran Soal Pemimpin

Terakhir, Al-Farabi mengungkapkan beberapa pemikirannya soal pemimpin yang baik, khususnya untuk sebuah negara. Al-Farabi mengungkapkan kalau pemimpin adalah mereka yang mempunyai kemampuan fisik dan jiwa.

Baca Juga: Ini Perbedaan Antara Filsafat Dengan Ilmu Fikih Menurut KH Ahmad Zahro

Pemimpin yang tidak memiliki kualitas dan berada di atas pemerintahan berpotensi untuk menghancurkan sebuah negara. Pemimpin tidak berkualitas ini sama saja dengan menjalankan negara tanpa pemimpin atau raja.

Khazanah Islam: Masuk Daftar Nominator Warisan Budaya Tak Benda, Reog Ponorogo Segera Diakui UNESCO

Tampilkan Semua Halaman