Beberapa kitab takhrij yang menggunakan metode ini antara lain, al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz al-hadits an-Nabawi karya AJ Weinsinck yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Dr Muhammad Fu'ad Abdul Baqi. Muhammad Fu'ad Abdul Baqi juga menulis Fihris Sahih Muslim (Indeks Shahih Muslim).
Metode ketiga, yakni takhrij menggunakan perawi paling atas. Menelusuri hadits dengan cara ini harus mengetahui dulu perawi paling atas dari hadits tersebut. Kitab-kitab yang memuat hadits dengan metode ini ialah Musnad Imam Ahmad karya Imam Ahmad, Atraf as-Sahihain karya Abu Mas'ud Ibrahim bin Muhammad, Atrar Kutub as-Sittah karya Syamsuddin Abu al-Fadl.
Baca Juga: Apa Itu Hadits Qudsi? Hadits Yang Disampaikan Lewat Mimpi
Metode keempat ialah berdasarkan tema. Penelusuran dilakukan berdasar tema bahasan hadits apakah hukum, fikih, tafsir, atau yang lain. Contoh kitab yang memakai metode ini, yakni Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa al-Af'al karya al-Burhanpuri, al Mughni Haml al-Asfar fi Takhrij ma fi al-Ihya min al-Akhbar karya al-Iraqi.
Terakhir ialah metode berdasar sifat lahir hadits. Cara penelusuran ini dilakukan, misalnya pada hadits mutawatir, qudsi, mursal, dan maudu. Para ulama mengumpulkan hadits-hadits mutawatir dalam satu kitab seperti al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akhbar al-Mutawatirah karya Imam Suyuti.
Baca Juga: Sederet Contoh Dalil Naqli dalam Al-Qur’an dan Hadits
Adapun, kitab yang memuat hadits qudsi di antaranya al-Ittihafat as-Sunniah fi al-Ahadits al-Qudsiah karya al-Madani.