Ia pun diterima dengan kehormatan di ruang kerjanya. Saat ditanya syarat yang diinginkan, Pangeran Diponegoro menghendaki negara merdeka dan menjadi pimpinan mengatur agama Islam di Pulau Jawa.
Ia justru ditangkap setelah sebelumnya dilarang meninggalkan ruangan. Ini terjadi karena kebuntuan dalam negosiasi usai menolak mengakui statusnya sebagai pemuka agama umat Islam se-Pulau Jawa.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Peringatan Hari Matematika Internasional
Setelahnya, dalam pengkhianatan Belanda yang kesekian kalinya itu, Pangeran Diponegoro dibawa ke Batavia untuk kemudian dibuang ke Manado, lantas dipindahkan ke Benteng Rotterdam di Makassar sampai wafatnya pada 8 Januari 1855.
Jenazahnya dimakamkan di kampung Melayu Makassar.
Penangkapan Pangeran Diponegoro tersebut digambarkan dalam sebuah lukisan karya Raden Saleh, yang berjudul Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857). Karya ini merupakan versi Saleh terkait karya seniman Belanda Nicolaas Pieneman ‘Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Jenderal De Kock (1830-1835).
Baca Juga: Sejarah Hari Ini: Peluncuran Satelit Palapa A2 Milik Telkom
Menurut para kritikus, lukisan yang menggambarkan Diponegoro dan de Kock sejajar dengan latar fajar hari baru mengisyaratkan pembebasan masa depan Jawa dari kolonialisme.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan