Secara elektabilitas pun keduanya masih cukup mampu bersaing dengan tokoh lainnya seperti Prabowo Subianto atau Anies Baswedan.
"Dari sisi kekuatan politik elektabilitas Ganjar Pranowo cukup tinggi karena dia kepala daerah, sementara Airlangga Hartarto merupakan orang penting di Partai Golkar," kata Adi Prayitno saat diwawancara, Senin (13/3).
Baca Juga: Soal Kriteria Capres, Zulfan Lindan: Bukan Faktor Tua atau Muda, tapi Demi Kebutuhan Negara
Adi mengatakan bahwa hasil survei itu mencerminkan suara rakyat, jadi siapapun partai ataupun poros politik yang ingin bertanding pada Pilpres tentu harus kuat keduanya baik itu capres maupun cawapres.
"Capres itu elektabilitasnya harus mentereng, dan cawapresnya harus yang bisa mendongkrak capres yang diduetkan," ungkapnya.
Adi juga menjelaskan, peluang menduetkan Airlangga-Ganjar tentu saja masih terbuka sangat lebar, hanya tinggal penentuan siapa yang menjadi capres dan cawapres.
"Meski secara kalkulasi elektabilitas Ganjar lebih unggul, tapi Airlangga ini sosok yang sudah punya satu tiket pencapresan dari partai dan itu jadi keuntungan dia," bebernya.
Ke depan, kata Adi, jika memang Airlangga Hartarto ingin meningkatkan elektabilitas maka dia harus lebih banyak muncul menunjukkan dirinya sebagai ketum partai bukan lagi hanya sebatas pembantu Jokowi.
"Kalau diteruskan menunjukkan posisinya sebagai menteri, sehebat apa pun kinerjanya maka yang mendapatkan keuntungan positif ya Jokowi bukan Airlangga. Bahkan hari ini saja suara pemilih Golkar yang hampir mencapai 12 persen belum terkonfirmasi menjadi pemilih Airlangga, dan itu jadi tugasnya yang bersangkutan bagaimana membuat suara tersebut dapat dikonversi atau diubah menjadi pemilih Airlangga," pungkasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024