Adapun yang dimaksud dengan “hukum praktis” ialah fikih tak membahas permasalahan keyakinan karena ajaran tersebut dibahas dalam ilmu aqidah.
Terakhir, yang dimaksud dengan “berdasarkan dalil-dalil rincinya” ialah dalil yang langsung berhubungan dengan suatu praktek. Misalnya, dalil firman Allah,
إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوْا
“... apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah ...” [Qur'an Al-Ma’idah:6] berhubungan dengan disyaratkannya wudu sebelum mendirikan salat.
Baca Juga: Apa Itu Risywah? 4 Praktik Suap Perkara Hukum yang Mestinya Diperangi
Objek bahasan
Adapun terdapat dua macam objek pembahasan fikih menurut Ushul Fiqih, yakni ibadah dan muamalah:
- Ibadah, ialah perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan Allah, seperti salat, puasa, dan sebagainya.
- Mu’amalah, merupakan perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan sesama manusia, misalnya jual beli, sewa menyewa, pegadaian, pembunuhan, tuduhan, berzina, pencurian, wakaf, dan lain sebagainya.
Kaitannya dengan Syariah
Dalam “Teori Hukum Ekonomi Syariah”, Nafis menyebut syariah ialah hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sementara itu, fikih adalah hasil pemahaman dan interpretasi para ahli soal peristiwa yang hukumnya tak ditemukan dalam syariah.
Baca Juga: Akad Istishna dalam Perbankan Syariah, Ini Ketentuan, Syarat, dan Rukunnya
Syariah yang lahir lebih dul dari fikih ditentukan oleh Allah SWT, sedangkan fikih ialah hasil pemikiran manusia terhadap syariah. Syariah ialah landasan fikih.