“Jadi disembunyikan potensi itu, dan di daerah banyak betul tokoh-tokoh pintar, anak-anak muda penghuni daerah itu pinter-pinter, bacaannya lebih lengkap dari yang muter-muter di tiktok atau yang main latto-latto itu,” ungkap Rocky saat berbincang bersama Hersubeno Arief.
Baca Juga: Sekber Jadi Bukti Koalisi PKB-Gerindra Lebih Serius dari KIB dan Koalisi Perubahan
“Mereka menganggap yang dipamerkan lembaga survei itu Jakarta sentris, dan bukan berarti dia yang paling bermutu,” sambungnya.
Tak hanya itu, hasil survei yang diterbitkan oleh lembaga survei seringkali dikutip ulang oleh media massa. Hal itu yang menurut Rocky membuat kaderisasi semakin mandek karena terpusat pada tokoh-tokoh tertentu.
“Kegagalan Pak Jokowi adalah membaca potensi itu, dan kaderisasi selama Pak Jokowi kan nggak berlangsung,” ujarnya.
Baca Juga: Anies Dituding Pengkhianat Gegara Bahas Proyek IKN, Ade Armando: Ayo, Gunakan Akal Sehat
Ia lantar memberi contoh kasus jika para tokoh di daerah tak diperhatikan oleh pemerintah pusat sebagai orang-orang yang juga potensial.
“Halmahera memberontak, Maluku Utara, Bupati Meranti lakukan hal yang membahayakan tapi rakyat menganggap dia benar,” tandasnya.
Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan