Menu


Ke Gili Iyang Madura, Susuri Batu Cangga Sambil Hirup Oksigen Kualitas Terbaik!

Ke Gili Iyang Madura, Susuri Batu Cangga Sambil Hirup Oksigen Kualitas Terbaik!

Kredit Foto: Pemkab Sumenep

Konten Jatim, Surabaya -

Pulau Madura di Jawa Timur masih banyak menyimpan objek wisata alam yang menarik. Ada Gili Iyang, Pantai Ropet, beragam gua hingga salah satunya Batu Cangga.

Dilansir indonesia.go.id, Batu Cangga merupakan objek wisata alam yang berada tepat di bagian bawah dari sebuah bukit karst yang menjorok ke Laut Jawa di utara Gili Iyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur.

Masyarakat setempat menyebutnya sebagai Betoh Cangge atau batu yang menyangga tebing. Objek wisata ini berbentuk rongga menyerupai lorong sepanjang sekitar 200 meter dengan tinggi langit-langit sekira 5 meter. Dinding lorong bentuknya melengkung mirip gulungan ombak.

Pada salah satu sisi lorong langsung menghadap ke laut lepas yang diberi pembatas berupa pagar bambu. Lorong ini seperti disangga oleh sebuah batu setinggi sekitar 5 meter berdiameter sekitar dua meter mirip, seperti pilar besar pada bangunan gedung.

Batu Cangga diduga bagian dari proses peristiwa letusan gunung purba bawah laut pada masa Tersier atau sekitar 50 juta tahun lampau. Batuan pada lorong dan kontur tebing menyiratkan aliran lava gunung api purba yang bersusun dan membentuk batuan andesit, tuffa, dan breksi.

Diduga lorong tersebut terbentuk akibat adanya abrasi air laut sejak ribuan tahun lampau sehingga menyebabkan munculnya runtuhan tebing (rock fall).

Rute menuju Batu Cangga dapat menyusuri jalan setapak di samping lahan Titik Oksigen yang berada di tengah pulau. Atau sekitar 3 kilometer dari timur dermaga penumpang sebagai titik masuk ke Gili Iyang.

Batu Cangga dan Titik Oksigen berada di Bancamara, satu dari dua desa di Gili Iyang, selain Banraas. Titik Oksigen merupakan lokasi dengan kadar oksigen sebesar 20,9 persen.

Di kiri-kanan jalan dengan ujungnya menuju Batu Cangga terbentang lahan tanah kering yang ditumbuhi pohon-pohon jati.

Setelah berjalan kaki selama 15 menit, maka akan sampai di batas jalan berkontur tanah yang ditandai oleh sebuah papan kayu bercat hijau bertuliskan "Anda Berada di Kawasan Batu Canggah".

Memang perlu sedikit perjuangan untuk sampai di Batu Cangga. Sebab, pengunjung harus melewati titian tangga dari bambu dengan konstruksi yang sangat sederhana sepanjang 30 meter.

Bentuk titiannya lumayan curam dan licin ketika musim hujan, dengan sudut kemiringan sekitar 30 derajat. Lebar anak tangganya tak lebih dari 40 sentimeter dan hanya muat dilewati oleh satu orang.

Anak-anak tangga itu dibentuk dari potongan batang kayu yang diberi jarak sekitar 20 cm per anak tangga. Bilah-bilah bambu 40 cm tersebut dijepit di antara sejumlah batang besar bambu seukuran panjang 3 meter per batangnya yang tersusun memanjang pada kedua sisi anak tangga. Setiap ujung dari anak-anak tangga tadi tersimpul oleh tali-tali tambang plastik biru.

Kemudian tepat di penghabisan anak tangga, ada semacam pagar bambu sebagai penghalang dan mencegah pengunjung terperosok dari tebing dan masuk ke air laut. Setelah perjuangan sekitar 5 menit menaklukkan titian curam tadi, maka kita akan sampai di Batu Cangga.

Berdiri di Batu Cangga, memiliki sensasi tersendiri. Telinga kita akan mendengar dengan jelas deburan ombak sekitar 100 meter di bawah tebing. Deburannya begitu keras menghantam tepian bawah tebing, diiringi terpaan angin kencang.

Sebelum menjelajahi wisata alam yang satu ini disarankan agar memakai alas kaki atau sepatu bersol karet. Tujuannya, agar selain nyaman saat melangkah, juga lebih mudah untuk menaklukkan medan terjal ini.

Jangan lupa juga membawa perbekalan yang cukup. Sebab, tak ada warung makan di sekitar lokasi wisata alam tersebut.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan



Berita Terkait