Menu


Carok Madura yang Tewaskan 4 Orang Disorot Ketua DPD RI, Ini Katanya

Carok Madura yang Tewaskan 4 Orang Disorot Ketua DPD RI, Ini Katanya

Kredit Foto: mediajatim.com

Konten Jatim, Surabaya -

Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti menyesalkan aksi perkelahian bersenjata tajam atau carok di Bangkalan, Jawa Timur yang menyebabkan empat orang tewas pada Jumat (12/1/2023).

Diberitakan, penyebab perkelahian dengan senjata itu dipicu persoalan sepele antara korban, yang tengah mengendarai sepeda motor, karena berkendara terlalu keras dan pelaku yang menegur tindakan tersebut.

Pelaku menegur korban. Korban tidak terima dan memukul pelaku. Namun pelaku yang tidak terima dipukul mengambil celurit di rumah kemudian mendatangi korban bersama adiknya. Dua pria bersenjata tajam itu menyerang empat korban hingga akhirnya tewas.

“Menurut saya itu perkelahian bersenjata. Bukan murni carok. Carok itu memang ada dalam tradisi suku Madura, yang sekarang memang sudah jauh berkurang. Carok itu janjian bertemu, saling membawa senjata, lazimnya di tempat yang sepi atau jauh dari keramaian publik. Umumnya terkait dengan persoalan yang menyangkut harga diri yang serius,” kata LaNyalla.

Namun, LaNyalla juga berharap tradisi carok di Madura direvitalisasi sehingga menjadi produk budaya dan senjata celuritnya bisa menjadi heritage, atau warisan kebudayaan suku Madura.

Harapannya, celurit khas Madura yang dulu kerap dibuat carok, dapat menempati posisi seperti keris di Jawa.

“Dan kisah-kisah atau sejarah tentang carok dapat menjadi khazanah literasi budaya Indonesia,” imbuhnya.      

“Dengan begitu nilai yang dikedepankan adalah nilai kebudayaannya. Bukan nilai aksinya. Sehingga tidak lagi dilakukan, tetapi dilestarikan nilai kebudayaannya sebagai pengetahuan, warisan budaya dan nilai-nilai sejarah kearifan lokal yang dijadikan produk budaya. Ini juga bisa mengundang potensi wisata, sebagai sebuah pengetahuan sejarah,” ungkap LaNyalla. 

Menurutnya, jika tradisi carok diteruskan pada skala aksi, maka akan merugikan pada jangka panjang karena masyarakat di pulau Garam semakin plural dan majemuk.

Investasi dunia usaha dan dunia industri juga diharapkan semakin banyak sehingga kenyamanan, ketentraman dan keamanan menjadi syarat utama. Tetapi kalau dilestarikan sebagai produk budaya, justru bisa mendatangkan nilai ekonomis. 

Menurutnya, ada banyak tradisi serupa seperti carok di berbagai daerah lainnya. Masyarakat Bugis-Makassar memiliki tradisi Sigajang Laleng Lipa, yang merupakan tradisi untuk mempertahankan harga diri dan martabat.

Namun saat ini, tradisi tersebut justru menjadi budaya yang memiliki nilai tambah masyarakat dalam konteks pariwisata. 

“Tradisi tersebut justru menjadi pendukung pariwisata. Dia disajikan dalam pertunjukkan-pertunjukkan pameran seni-budaya Bugis-Makassar dalam konteks pariwisata," ujar pria berdarah Bugis tersebut.

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan