Ziarah Kubur merupakan hal yang umum dilakukan oleh umat Muslim menjelang bulan Ramadan dalam rangka menyambut serta melakukan silaturahmi.
Ziarah sendiri rupanya tak hanya sekadar bersilaturahmi sebagaimana yang kita pahami. Dijelaskan oleh KH Moch Atiq Fahmi, ziarah memiliki banyak manfaat di dalamnya.
Ketika kita berziarah, biasanya kita akan terbayang kesalahan dan dosa-dosa kita serta keadaan saat kita meninggal dunia.
Perasaan-perasaan inilah yang bermanfaat bagi manusia karena secara tidak langsung membuat kita sadar akan pentingnya hidup dan kematian yang tak pernah terduga.
Baca Juga: Pentingnya Ziarah Menurut KH Moch Atiq Fahmi: Penghancur Keangkuhan dan Kesombongan Manusia
“Dengan ziarah terbayang oleh kita kesalahan dan dosa kita dan membayangkan bagaimana kalau seandainya kita meninggal dunia dengan penuh dosa dan kesalahan,” ujar KH Moch Atiq.
Selain membayangkan dosa-dosa kita, berziarah juga menjadi pengingat akan kehidupan yang tak abadi atau hanya sementara di dunia.
KH Moch Atiq mengatakan bahwa kehidupan abadi yang sesungguhnya hanya ada di akhirat. Kita pun perlu mengingat bahwa ada dua kemungkinan yang akan kita hadapi di akhirat nantinya.
“Bisa jadi kehidupan yang lebih baik atau, naudzubilah min dzalik, akhirat akan menjadi kehidupan yang lebih buruk dari dunia yang kita hidupi saat ini,” kata KH Moch Atiq.
KH Moch Atiq Fahmi sempat menjelaskan bahwa ziarah kubur disarankan secara langsung oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.
“Ziarah kubur adalah sesuatu hal yang dianjurkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. Anjuran Rasulullah ini karena ziarah kubur memiliki faedah,” kata KH Moch Atiq.
Baca Juga: Apa Hukum Berziarah Kubur? Begini Penjelasan KH Moch Atiq Fahmi
Anjuran ini tertulis di dalam hadits yang berbunyi:
"Sesungguhnya aku dulu telah melarang kalian berziarah kubur. Maka (sekarang) ziarahlah karena akan bisa mengingatkan kepada akhirat dan akan menambah kebaikan bagi kalian dengan menziarahinya. Barangsiapa yang ingin berziarah maka lakukanlah dan jangan kalian mengatakan 'hujran' (ucapan-ucapan batil)," (HR Muslim).