Menu


Koalisi Anies Mudah Tercerai-berai

Koalisi Anies Mudah Tercerai-berai

Kredit Foto: Warta Ekonomi/Sufri Yuliardi

“Kita betul-betul tentukan dulu kriteria yang disepakati bersama. Setelah itu baru kriterianya kita cocokkan dengan figur-figur yang ada,” katanya.

Setelah itu, barulah Ali menyinggung soal kriteria. Kriteria cawapres Anies adalah orang yang berpengalaman di pemerintahan. Sehingga, ketika terpilih, bisa langsung membantu Anies dalam menjalankan roda pemerintahannya.

Baca Juga: Khofifah Indar Parawansa Jadi Idola untuk Dampingi Anies Baswedan di Pilpres 2024

“Kita tidak berharap kalau orang yang belum berpengalaman ketika terpilih dia butuh waktu untuk belajar dulu. Tentunya berpotensi membawa suara, membawa kemenangan, bisa diterima semua partai koalisi. Itu bagian penting yang menurut saya harus kita bicarakan agar koalisi berjalan mulus,” tukas Ali.

Pernyataan Ali ini pun langsung dikritik Demokrat dan PKS. Wasekjen Demokrat Jansen Sitindaon meminta, Ali menahan diri saat bicara pendamping Anies. Sebab jika omongannya terus berubah, koalisi yang dibangun rawan retak.

“Pokoknya Bang Ahmad Ali ini tiap minggu ada terus nama baru keluar dari mulutnya. Lama-lama koalisi ini bubar karena pernyataan-pernyataannya. Hehe,” seloroh Jansen melalui akun @jansen_jsp, kemarin.

Padahal, baik NasDem, Demokrat, dan PKS telah membentuk tim untuk membahas persoalan ini. Sehingga, jika ada usulan nama atau hal lainnya bisa disampaikan ke tim tersebut, bukan justru diungkapkan ke publik.

Baca Juga: Surya Paloh Sebut Anies Baswedan Perekat Koalisi Perubahan

Jansen berharap, Koalisi Perubahan mengerti aturan main yang telah disepakati. “Jadi mari kita kader tiga partai ini tertib komunikasi ke publik. Karena beda kursi NasDem/Demokrat/PKS itu tipis-tipis aja sebenarnya: 59/54/50. Jadi, jangan ada yang merasa sok paling mendominasi dengan terus buat pernyataan ‘sesuka pikirannya’. Mari kita kurangi berpolemik agar koalisi ini kokoh!” pesannya.

Juru Bicara PKS, M Kholid menilai, penting bagi Koalisi Perubahan memutuskan bersama terkait hal strategis. Termasuk saat membahas pendamping Anies. Ketiga partai harus duduk bersama, berdialog dengan rendah hati, rasional, dan objektif.

Kholid menyebut cawapres pendamping Anies Baswedan harus memiliki visi yang sama. Pihaknya juga mempertimbangkan sosok yang memiliki kapasitas menang tinggi.

“Visinya adalah memilih yang terbaik untuk bangsa Indonesia ke depan. Kalau visinya adalah politik kebangsaan, politik kenegaraan, maka setiap pihak dalam anggota koalisi perubahan akan menemukan titik temu yang terbaik,” tutur Kholid.

Apa kata pengamat soal ini? Pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, sebaiknya urusan cawapres diserahkan ke Anies. Apalagi, NasDem sebelumnya sudah mengatakan menyerahkan sepenuhnya ke Anies.

“Ini bisa membuat diskusi Koalisi Perubahan mulai dari awal lagi,” katanya.

Baca Juga: Pengamat: PDIP Berpeluang Menang Tanpa Gabung KIB

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah memprediksi, koalisi Anies masih dinamis. Sehingga, kriteria bakal cawapres Anies akan terus mengalami perubahan. Sekalipun mantan gubernur DKI Jakarta itu telah menentukan pendampingnya. “Tidak menjamin koalisi utuh hingga pemilihan,” ulasnya.

Komunikasi yang mengemuka antar mitra koalisi masih mungkin berubah-ubah, tidak solid. Namun, hal itu tidak dapat dijadikan rujukan soal bertahan atau tidaknya koalisi. Faktor utama penentu koalisi hanya kan terlihat di semester kedua tahun ini.

Artinya, dengan situasi saat ini, solusinya cawapres Anies bukan kader partai. Nama Andika Perkasa bisa saja menjadi solusi. Mengingat mantan panglima TNI ini cukup dekat dengan Susilo Bambang Yudhoyono. Di sisi lain, Paloh Cs juga harus bisa bersabar. 

Khazanah Islam: Awas! Ini Sederet Posisi Seks yang Dilarang dalam Islam, tapi Nomor 2 Sering Dilakukan

Tampilkan Semua Halaman

Artikel ini merupakan kerja sama sindikasi konten antara Konten Jatim dengan Rakyat Merdeka.



Berita Terkait