2. Jamiluddin Ritonga
Pengamat politik Jamiluddin Ritonga menganggap bahwa Jokowi sebenarnya tidak memiliki alasan kuat untuk melakukan reshuffle. Terlebih, di tengah kepuasan masyarakat yang tinggi terhadap badan pemerintahan, Jamiluddin Ritonga menganggap tidak masuk akal jika kabinet di-reshuffle.
3. Kamhar Lakumani
Deputi Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPP Partai Demokrat, Kamhar Lakumani menganggap bahwa apa yang dilakukan Djarot merupakan bentuk intervensi. Lebih lanjut, Kamhar Lakumani berpikir kalau tindakan dari Djarot tidak elok dipertunjukkan ke publik dan tidak seharusnya mengintervensi hak prerogatif Presiden.
Baca Juga: Contoh Perbuatan dan Perilaku Khurafat Yang Harus Dihindari Umat Muslim
4. Bestari Barus
Politikus senior Partai NasDem Bestari Barus menanggapi isu reshuffle ini dengan lebih tenang. Dirinya yakin bahwa apa yang Jokowi ini lakukan merupakan sikap profesional dan dirinya tidak akan menyalahgunakan hak prerogatif miliknya.
5. Refly Harun
Pengamat politik sekaligus akademisi Refly Harun menjelaskan kalau apa yang Jokowi lakukan ini adalah tindakan untuk memperkuat barisan kekuatan untuk pemilihan umum (Pemilu) 2024, dan bukan untuk menyukseskan program pemerintahannya. Namun, Refly Harun melanjutkan kalau cara ini tidak lagi efektif. Terlebih, waktu reshuffle ini dianggap belum tepat karena Anies Baswedan belum menjadi Calon Presiden (Capres) resmi.
Baca Juga: Apa Itu Khurafat? Dan Bagaimana Hukumnya dalam Agama Islam?
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024