Seketika saat itu kata dia, stasiun gempar, Belanda gentar. Akhirnya mereka diizinkan naik kereta. Berangkatlah mereka ke Jogja, berkongres dan ikut membangun pondasi perjuangan perempuan dan perjuangan kemerdekaan.
“Semua itu dituturkan Nenek saat itu dengan penuh semangat. Tiap Hari Ibu diperingati, Beliau selalu teringat masa-masa perjuangan itu,” tuturnya
Dia menyebut, nenek dikaruniai umur panjang. Meski di masa tuanya harus duduk di kursi roda, neneknya tetap baca koran tiap hari, mengikuti perkembangan dan tetap ajak diskusi siapapun yang berkunjung hingga menjelang wafat di usia 93 tahun.
Baca Juga: Jelang Nyapres, Prabowo Gencar Sambangi Tokoh Agama di Jatim, Perkuat Basis Massa?
Selain itu kata dia, meski badannya memang telah menua tapi pikiran dan semangatnya selalu muda.
“Saya bersyukur menjadi cucu yang tinggal serumah sejak bayi. Sehari-hari kami bersama di Jogja, hingga saya harus berangkat melanjutkan kuliah ke Amerika. Sejak masa kecil, nenek sering ajak ikut hadir berbagai pertemuan organisasi perempuan. Selama bersama di Jogja itu pula, berderet kisah perjuangan dan hikmah hidup yg diceritakannya, termasuk kisahnya tentang keberangkatan ke Kongres Perempuan itu,” tutur Anies.
“22 Desember, Hari Ibu di Indonesia, bukan hanya untuk mengingat “ibu" yang melahirkan dan membesarkan kita, tapi juga mengingat pergerakan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan kemajuan bangsa,” pungkasnya.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024