Ketiga, jika Golkar dan PDIP mendukung Ganjar, maka cerita Jokowi pada Pemilu 2019 akan terulang.
Hal itu bermakna bahwa PDIP lah yang akan mendapatkan efek keuntungan paling besar, kecuali Golkar dibantu sebagai cawapres.
"Tapi kalau tidak cawapres, kemudian tidak dapat capres, agak sulit juga. Itu sudah terjadi di 2019, yang akan dapat tentu orang dalam persepsinya Ganjar adalah merah hari ini," jelas Hanta.
Baca Juga: Cianjur Siaga 1, Waspada Gempa Susulan!
"Mau diulang-ulang Ganjar adalah PDI Perjuangan, itu yang menjadi tantangan Partai Golkar menurut saya," sambungnya.
Sehingga, hal yang harus dipikirkan ketika Ganjar pindah ke Golkar adalah persepsi publik. Sebab, publik tidak begitu suka dengan orang yang sudah lama berada di suatu partai, tapi tiba-tiba pindah ke partai lain.
Hanta menyebut baik Ganjar maupun PDIP akan sama-sama terancam apabila Gubernur Jawa Tengah itu keluar dari partai banteng. Terlebih lagi, Ganjar dan PDIP sama-sama berbasis di Jawa Tengah.
"Jawa Tengah itu ya kandang banteng, itu juga basis Ganjar. Jadi dua-duanya ini dilematis, kalau dua-duanya berpisah ada pendukung ibu Mega dan PDIP yang sangat loyal kemudian Ganjar keluar, bisa jadi tidak memilih Ganjar. Begitu juga pemilih Ganjar yang loyal, itu tidak akan memilih PDI Perjuangan. Dilematis mereka," jelas Hanta.
Hanta menyebut bahwa pemilih di Jawa Tengah yang berbasis Ganjar dan PDIP akan terbelah.
Ketika Ganjar keluar dan pemilih PDIP turun, maka pemilih Ganjar juga ikut turun.
Sementara itu, Golkar memiliki PR untuk membuat Ganjar untuk menjadi kuning sesuai dengan partai mereka.
Khazanah Islam: Pujian untuk Ambisi Berkelanjutan, Warta Ekonomi Gelar Indonesia Most Visionary Companies Awards 2024